Psikolog modern menyebut overthinking sebagai “silent stress” — bentuk tekanan mental yang nggak kelihatan, tapi perlahan menguras energi dan kebahagiaan seseorang.
Cara Menghadapi Overthinking
Kabar baiknya, overthinking bisa dikendalikan.Psikolog merekomendasikan beberapa langkah sederhana untuk melatih pikiran agar lebih tenang:
Tulis Pikiran Kamu.Menuangkan isi kepala di jurnal bisa bantu memilah mana hal penting dan mana yang cuma kekhawatiran.
Baca Juga:Smart Home 2025: Rumah Pintar, Hidup Semakin Nyaman dan EfisienAI Assistant Pribadi 2025: Teman Virtual yang Semakin Nyata
- Batasi Waktu di Media Sosial.Dunia nyata lebih penting dari validasi digital. Luangkan waktu untuk diri sendiri tanpa notifikasi.
- Latihan Mindfulness atau Meditasi.Fokus pada napas dan momen sekarang bisa membantu menenangkan pikiran.
- Jangan Takut Cerita.Kadang, berbagi cerita ke teman, keluarga, atau profesional justru bikin lega dan bikin kita sadar: kita nggak sendirian.
- Tidur yang Cukup dan Teratur.Banyak studi membuktikan kurang tidur bisa memperburuk overthinking. Istirahat cukup bantu otak berpikir lebih jernih.
Fenomena Overthinking di Media Sosial
Yang menarik, overthinking kini malah jadi tren digital.Tagar seperti #overthinking, #anxietyaesthetic, dan #healing muncul di TikTok dan Instagram dengan jutaan tayangan.Banyak konten kreator membagikan curhatan atau tips menghadapi overthinking lewat video yang relatable — dan justru itu yang bikin banyak orang merasa “nyambung”.
Fenomena ini jadi bukti bahwa anak muda semakin terbuka terhadap isu kesehatan mental. Mereka sadar pentingnya membicarakan hal ini, meskipun masih sering dibalut candaan.
Overthinking di tahun 2025 bukan cuma masalah individu — tapi fenomena sosial yang mencerminkan betapa cepatnya dunia berubah.Tekanan sosial, ekspektasi tinggi, dan budaya digital membuat banyak orang sulit benar-benar tenang.
Namun, bukan berarti kita nggak bisa keluar dari lingkaran itu. Dengan kesadaran diri, istirahat yang cukup, dan lingkungan yang suportif, pikiran bisa kembali jernih.Karena pada akhirnya, kita nggak harus mengontrol semua hal. Kadang, yang kita butuhkan hanyalah berhenti sejenak, tarik napas, dan percaya kalau semuanya akan baik-baik saja.
