Forum Pengasuh Pesantren Ciwaringin Desak PBNU Percepat Muktamar Nahdlatul Ulama, Cegah Terjadinya Perpecahan

Forum Pengasuh Pesantren Ciwaringin Desak PBNU Percepat Muktamar Nahdlatul Ulama, Mencegah Terjadinya Perpecah
Forum Pengasuh Pesantren Babakan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon mengeluarkan maklumat sebagai respon memanasnya dinamika di internal PBNU. FOTO : ZEZEN ZAENUDIN ALI/RAKCER.ID
0 Komentar

CIREBON, RAKCER.ID – Forum Pengasuh Pesantren Babakan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon, mendesak Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) dipercepat. Itu dianggap sebagai jawaban untuk menyelesaikan dinamika yang terjadi di internal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Dampak yang ditimbulkan dari konflik internal itu, cukup besar. Sangat meresahkan. Dirasakan para kiai sepuh di sejumlah pesantren.

” Bagi kami para pengasuh pondok pesantren yang bersentuhan langsung dengan basis NU kepercayaan diri kami terganggu. Di satu sisi, kami mendorong masyarakat agar tetap bersatu,”

Baca Juga:Pecah! Syuriyah PBNU Keluarkan Surat Pemecatan, Gus Yahya Didepak dari Kursi KetumBaru Tiga Bulan Diresmikan, Jembatan Gantung Rp13 Miliar Ambrol

“Tapi elit kita di PBNU malah mempertontonkan konflik. Itu kontradiksi. Ini menjadi beban moral bagi kami,” kata Abdul Muiz Syaerozie, salah satu anggota forum.

Oleh karenanya, percepatan Muktamar NU menjadi satu-satunya solusi untuk menggantungkan masing-masing klaim dalam penafsiran AD/ART.

” Saat ini, Syuriah maupun Tanfidziah sama-sama punya tafsir sendiri. Dan tafsir kedua belah pihak tidak akan ketemu,” katanya.

Mempercepat Muktamar NU juga sebagai antisipasi terjadinya konflik dua kubu. Ya, Muktamar PBNU, harusnya digelar di tahun 2027. Akan tetapi, Forum Pengasuh Pesantren Babakan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon menghendaki, awal 2026 Muktamar NU sudah digelar.

Forum Pengasuh Pesantren Babakan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon, juga telah mengeluarkan maklumat. Itu sebagai respons menguatnya ketegangan di internal PBNU. Ada 47 kiai yang bergabung, meminta semua pihak menjaga marwah organisasi serta menghormati otoritas Dewan Syuriah PBNU.

“NU sebagai jam’iyyah besar harus dijaga dari segala bentuk gesekan yang bisa menurunkan wibawa para ulama, terutama Dewan Syuriah sebagai otoritas tertinggi,” kata Ketua Forum Pengasuh Pesantren Babakan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon, Dr KH A Najiyullah Fauzi MA.

Pengasuh Pondok Pesantren Az-Ziyadah itu menegaskan ada tiga poin maklumat yang dihasilkan. Ketiganya itu, pertama menyerukan persatuan dan soliditas.

Baca Juga:Seruan Boikot Trans Corp Menggema, Buntut Tayangan Trans7 yang Dinilai Lecehkan PesantrenPMII Harus Adaptif Hadapi Perubahan Zaman dan Disrupsi Sosial

Seluruh pihak diimbau berpegang pada Khittah dan Qonun Asasi NU, menjaga prasangka baik, dan menghindari segala bentuk adu domba yang berpotensi memecah organisasi.

Kedua, menghormati otoritas Dewan Syuriah. Forum menegaskan pentingnya ketaatan terhadap kebijakan Dewan Syuriah sebagai pemegang otoritas sah, sebagaimana tertuang dalam Anggaran Dasar NU Pasal 14 ayat (3).

0 Komentar