Bisa Membawa Manusia Terbang, 5 Fakta Menarik Burung Elang Haast, Sang Burung Predator Raksasa 

Bisa Membawa Manusia Terbang, 5 Fakta Menarik Burung Elang Haast, Sang Burung Predator Raksasa 
elang haast Foto : Pinterest / Rakcer.id
0 Komentar

3.      Pernah menjadi predator top pada masanya 

Fakta menarik burung elang haast ke 3 yaitu pernah menjadi predator top pada masanya, elang Haast dulunya merupakan predator dominan, bahkan melebihi singa dan serigala.

 Elang Haast memakan berbagai jenis burung yang tidak bisa terbang, khususnya burung moa seberat 200 kilogram. 

Burung moa ini beratnya lima belas kali lipat berat elang Haast. Elang Haast tidak hanya memakan burung moa tetapi juga aptornis, weka, takahī, angsa, bebek, dan bahkan manusia.

Baca Juga:Sebentar Lagi Idul Adha Nih, Berikut Adalah Manfaat Berkurban, Ternyata Bisa Mengembangkan Usaha PeternakanSangat Panas Sekali, 7 Burung yang Hidup Di gurun, Bisa Hidup Dalam Kondisi Ekstrim 

Elang Haast dapat mencapai kecepatan serangan lebih dari 80 km/jam. Elang ini sering menggunakan kukunya untuk menggenggam tulang pinggul mangsanya sebelum menyerang kepala, leher, atau organ vital lainnya hingga menyebabkan kematian, Ia merobek selaput organ tubuh korbannya bagian dalam dengan paruhnya yang besar, sehingga kehilangan darah merupakan penyebab umum kematian korbannya. 

Elang Haast dapat dengan mudah memonopoli wilayah yang luas dan membunuh sejumlah besar hewan setiap hari tanpa adanya predator besar lainnya pada periode tersebut.

4.      Habitat di slandia baru 

Fakta menarik burung elang haast yang ke 4 yaitu habitat di slandia baru, Pulau Selatan Selandia Baru, yang terbagi menjadi zona permukaan laut dan subalpine, pernah menjadi rumah bagi elang Haast.

 Fosil tulang elang Haast telah ditemukan di beberapa lokasi di Pulau Stewart dan di lokasi lain di Pulau Selatan. 

Wilayah timur dan selatan Pulau Selatan merupakan rumah bagi sebagian besar fosil tulang. Tradisi lisan Maori pada akhir tahun 1800-an menyebutkan bahwa elang ini diketahui pernah hidup di daerah perbukitan sebelum punah.

Kemungkinan besar nenek moyang elang kecil Haast melakukan perjalanan dari Australia ke Selandia Baru sekitar awal Zaman Es, yang terjadi kurang dari 2,5 juta tahun yang lalu.

Selama periode ini, hutan subur di Selandia Baru hilang akibat meningkatnya gletser, yang mungkin menciptakan habitat terbuka yang ideal bagi nenek moyang elang Haast untuk tumbuh dengan cepat hingga mencapai ukuran yang sangat besar. 

0 Komentar