Bos Freeport McMoran Adkerson Datangi Menteri ESDM, Bahas Soal Apa?

Bos Freeport McMoran Adkerson Datangi Menteri ESDM, Bahas Soal Apa?
Richard C. Adkerson, Chairman dan CEO Freeport-McMoRan. FOTO:Pinterest.com/Rakcer.id
0 Komentar

Lebih lanjut, Freeport juga mengajukan perpanjangan izin ekspor konsentrat tembaga hingga akhir Desember 2024, setelah smelter baru di JIIPE, Gresik, Jawa Timur, beroperasi dengan kapasitas penuh.

Perlu diketahui, Freeport Indonesia saat ini memiliki sumber daya sebesar 3 miliar ton yang cukup hingga tahun 2050. Produksi bijih tambang bawah tanah saat ini berkisar 220.000 ton per hari.

Sejak tahun 2020, PTFI menghentikan aktivitas produksi di tambang terbuka Grasberg dan secara bertahap meningkatkan produksi di tambang bawah tanah.

Baca Juga:PAN Tidak Keberatan Jatah Ketua DPR-RI Diduduki Kembali PDI-PTKN Prabowo Resmi Daftar Ke MK Guna Menghadapi Sengketa Pilpres 2024

Luas wilayah pertambangan PT Freeport Indonesia mencapai 9.946 hektar, dengan wilayah pendukung seluas 116.783 hektar di Kabupaten Mimika, Papua Tengah.

Bijih yang diekstraksi diolah menjadi konsentrat tembaga. Dari sekitar 3 juta ton konsentrat yang diproduksi per tahun, perseroan mengirimkan sekitar 1 juta ton ke smelter tembaga di Gresik, Jawa Timur, yang dioperasikan oleh PT Smelting, untuk diolah lebih lanjut menjadi logam tembaga atau katoda. Sisanya diekspor.

Namun, mulai tahun 2024, perseroan akan mengalihkan seluruh konsentratnya ke smelter dalam negeri.

Hal ini disebabkan masih berlangsungnya proyek ekspansi di PT Smelting yang akan meningkatkan kapasitas pengolahan dari 300.000 menjadi 1,3 juta ton konsentrat per tahun.

Selain itu, perseroan juga sedang membangun smelter baru di Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur, dengan kapasitas pengolahan 1,7 juta ton konsentrat per tahun dan menghasilkan 600.000 ton katoda tembaga setiap tahunnya.

Hingga Desember 2023, progres pembangunan smelter Freeport telah mencapai 90,6%. Penyelesaian smelter tersebut diperkirakan pada Mei 2024, dan pengoperasian bertahap diperkirakan akan dimulai pada Juni 2024.

Smelter baru dengan nilai investasi sekitar US$3 miliar (sekitar Rp 45 triliun) ini diharapkan dapat mengolah 50% konsentrat tembaga pada Agustus 2024 dan beroperasi dengan kapasitas penuh pada Desember 2024.

 

0 Komentar