RAKCER.ID – Perlu disadari oleh setiap orang bahwa ketika melewati sebuah tempat yang licin, maka perlu difikirkan bagaimana caranya agar selamat di tempat yang licin.
Cara agar keimanan selamat di tengah banyaknya fitnah yaitu: Jika tempat itu berduri, maka yang perlu difikirkan adalah bagaimana cara selamat dari tempat berduri tersebut.
Artinya, setiap orang harus menyadari apa yang membahayakan dalam hidup. Selama ini mungkin hanya berfikir bagaimana caranya agar tetap menjaga kesehatan badan saja, tetapi ada yang lebih perlu diperhatikan berkenaan dengan hal-hal yang akan merusak keselamatan kita, yaitu adanya fitnah.
Fitnah yang melanda ummat islam bermacam-macam: fitnah yang merusak akhlak, fitnah yang merusak aqidah.
Lalu bagaimana cara agar keimanan selamat di tengah banyaknya fitnah.
“Pendidikan perlu, ya, pendidikan. Harus, karena harus dengan ilmu dikasih wawasan bahwasanya itu membahayakan, itu tidak baik, ini adalah langkah pertama dan utama. ” Kata Buya Yahya dalam unggahannya, selasa, 10 Januari 2023.
“Akan tetapi, kalaupun orang sadar itu sebab keselamatan, kalau orang itu sadar bahwasanya itu sesuatu yang membahayakan. Ternyata tidak semuanya menghindar atau mengambil sesuatu yang bermanfaat, tidak semua orang mendengar seruan kebaikan lalu menyambutnya.” Ujar Buya Yahya.
“Bahkan tidak semua orang mengerti larangan kemudian menghindarinya.” Tambahnya.
Tidak semua yang tahu dan sadar itu menghindar dari ketidakbaikan tersebut, bisa menghindar dari bahaya tersebut atau yang tahu itu sebuah kebaikan kemudian ia begitu mudah untuk mengikutinya.
Ini yang diisyaratkan oleh baginda nabi dalam suatu hadits agar kita bertanya kepada hati kecil kita sendiri. Artinya, di dalam diri kita dan di dalam hati kita ada kesadaran akan sebuah kebenaran. Hal ini disebut dengan keinsyafan. Ibarat Seorang penjahat pun pasti mengerti bahwa itu sebuah kejahatan.
Sehingga orang yang memiliki anak pun akan menikahkan anaknya dengan orang baik, bukan dengan orang jahat, maka inilah kesadaran hati yang perlu ditumbuh suburkan.
Alangkah banyaknya orang mengetahui sebuah kebenaran, tapi karena tidak adanya keinsyafan, tidak mengambil sebuah kebenaran itu sebagai cara hidup. Maka itu hanya sampai di kepalanya saja, tidak sampai ke hatinya.