Cara Menghitung HPP Makanan yang Tepat untuk Usaha Kuliner

Cara Menghitung HPP Makanan yang Tepat untuk Usaha Kuliner
Ilustrasi Cara Menghitung HPP Makanan yang Tepat untuk Usaha Kuliner. FOTO: freepik.com/RAKCER.ID
0 Komentar

CIREBON, RAKCER.ID – Mengelola usaha kuliner memerlukan perhatian pada berbagai aspek, salah satunya adalah menghitung Harga Pokok Penjualan (HPP) makanan.

HPP merupakan salah satu faktor krusial dalam menentukan harga jual produk, mengukur profitabilitas, dan memastikan keberlangsungan usaha.

Artikel ini akan membahas cara menghitung HPP makanan secara rinci, memberikan panduan praktis, dan tips untuk memaksimalkan keuntungan Anda.

Baca Juga:Makanan Berkalori Tinggi Untuk Gemuk Ini Cocok untuk Kalian yang Susah Naiki Berat Badan!Ternyata Tak hanya Keringat yang Menjadi Penyebab Bau Ketiak, Sebelum Pergi ke Luar Negeri Mending Atasi Dulu!

Apa Itu HPP Makanan?

Harga Pokok Penjualan (HPP) makanan adalah total biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi satu unit makanan.

Biaya ini meliputi semua elemen yang diperlukan dalam proses produksi, dari bahan baku hingga biaya langsung lainnya.

Cara menghitung HPP makanan dengan tepat memungkinkan Anda untuk menentukan harga jual yang sesuai, mengelola anggaran, dan memperkirakan profitabilitas usaha.

Cara Menghitung HPP Makanan

1. Identifikasi Biaya Bahan Baku

Cara menghitung HPP makanan yang pertama adalah mengidentifikasi semua biaya bahan baku yang digunakan untuk membuat makanan. Ini termasuk semua bahan utama, bumbu, dan bahan tambahan. Pastikan untuk mencatat jumlah yang digunakan dan harga per unit dari setiap bahan.

Contoh:

Beras: 1 kg = Rp10.000

  • Daging: 200 gram = Rp25.000
  • Sayuran: 100 gram = Rp5.000

Jika resep memerlukan 1 kg beras, 200 gram daging, dan 100 gram sayuran, biaya bahan baku totalnya adalah:

  • Beras: Rp10.000
  • Daging: Rp25.000
  • Sayuran: Rp5.000

Total Biaya Bahan Baku = Rp40.000

2. Hitung Biaya Langsung

Cara menghitung HPP makanan yang kedua adalah hitung biaya langsung mencakup semua biaya yang terkait dengan proses produksi, seperti biaya tenaga kerja (gaji karyawan yang terlibat dalam produksi), biaya energi (listrik, gas), dan biaya kemasan. Biaya ini biasanya dibagi berdasarkan jumlah makanan yang diproduksi.

Contoh:

Baca Juga:

  • Tenaga kerja: Rp50.000 per batch
  • Energi: Rp10.000 per batch
  • Kemasan: Rp5.000 per batch

Total Biaya Langsung = Rp65.000

3. Tambahkan Biaya Overhead

Biaya overhead mencakup biaya yang tidak langsung terkait dengan produksi, seperti sewa tempat usaha, peralatan dapur, dan pemeliharaan. Untuk menghitung biaya overhead, Anda perlu menentukan alokasi biaya overhead per batch produksi.

Contoh:

  • Sewa: Rp1.000.000 per bulan
  • Peralatan dan pemeliharaan: Rp500.000 per bulan
0 Komentar