Harga Beras Tetap Tinggi: Penyebab dan Dampaknya pada Masyarakat

Harga Beras
Penentuan harga beras di pasaran dipengaruhi oleh harga gabah di tingkat petani. Foto: Pinterest/RAKCER.ID
0 Komentar

CIREBON, RAKCER.ID – Indramayu, sebuah kabupaten di Jawa Barat, terus menghadapi tantangan dalam hal harga beras yang tidak kunjung turun. Untuk itu dalam artikel kali ini kami akan membahas informasi secara lengkap mengenai harga beras yang tetap tinggi serta bagaimana penyebab dan dampaknya pada masyarakat.

Situasi ini menciptakan ketidakpastian di pasar lokal dan memberikan tekanan ekonomi kepada penduduk setempat. Di Pasar Baru Indramayu pada Ahad (5/11/2023), harga beras premium berkisar antara Rp 13.500 hingga Rp 14.000 per kilogram, tergantung pada kualitasnya.

Sementara beras medium dijual dalam kisaran Rp 12.000 hingga Rp 13.000 per kilogram, juga tergantung kualitasnya.

Baca Juga:Evolusi Power Bank: Dari Perangkat Sederhana Hingga Solusi Pengisian Daya CanggihDampak El Nino dan Kebijakan Impor Beras Indonesia: Kondisi Terkini dan Solusi

Berikut Informasi Seputar Harga Beras di Pasaran:

Pemilik kios beras ‘Sumber Waras Putra’, Hadi (46 tahun), mengonfirmasi bahwa harga beras saat ini masih stagnan dan tidak mengalami perubahan sejak bulan sebelumnya. Meskipun tidak mengalami kenaikan harga, tingkat harga tersebut tetap tergolong tinggi.

Hadi menjelaskan bahwa dalam kondisi normal, harga beras medium berkisar sekitar Rp 10.000 per kilogram, sedangkan beras premium dijual dengan harga sekitar Rp 11.000 per kilogram.

Penentuan harga beras di pasaran dipengaruhi oleh harga gabah di tingkat petani. Faktor-faktor seperti cuaca, kebijakan pertanian, dan permintaan pasar memainkan peran penting dalam menentukan harga gabah, yang pada gilirannya memengaruhi harga beras. Namun, meskipun faktor-faktor ini mungkin berubah-ubah, harga beras di Indramayu tetap terjebak pada tingkat yang tinggi, memberikan tekanan tambahan pada ekonomi rumah tangga.

Dampaknya terasa luas pada masyarakat setempat. Ketidakpastian harga beras mengakibatkan kesulitan perencanaan keuangan bagi keluarga. Rumah tangga harus mengalokasikan anggaran yang signifikan untuk membeli beras, yang merupakan kebutuhan dasar.

Beban finansial ini terutama dirasakan oleh keluarga dengan pendapatan rendah, yang harus memutar otak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sambil menjaga agar kebutuhan pokok seperti beras tetap terpenuhi.

Selain itu, tingginya harga beras juga dapat menciptakan dampak negatif pada tingkat konsumsi masyarakat. Keluarga mungkin terpaksa mengurangi konsumsi beras dan beralih ke sumber karbohidrat alternatif yang mungkin kurang bergizi. Hal ini dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan terutama pada kelompok rentan seperti anak-anak dan orang tua.

0 Komentar