Kesadaran Ekologi Masyarakat Rendah, Bikin Banyak Sungai di Cirebon Rusak

KESADARAN EKOLOGI MASYARAKAT. Banjir mengancam pemukiman saat hujan lebat. Itupun terjadi di Kota Cirebon, pekan lalu. Banjir akibat curah hujan tinggi terjadi di seluruh kecamatan di Kota Cirebon serta beberapa kecamatan di Kabupaten Cirebon. FOTO : SUWANDI/RAKCER.ID
KESADARAN EKOLOGI MASYARAKAT. Banjir mengancam pemukiman saat hujan lebat. Itupun terjadi di Kota Cirebon, pekan lalu. Banjir akibat curah hujan tinggi terjadi di seluruh kecamatan di Kota Cirebon serta beberapa kecamatan di Kabupaten Cirebon. FOTO : SUWANDI/RAKCER.ID
0 Komentar

RAKCER.ID – Kesadaran ekologi masyarakat sangat rendah. Karena itu, pemerintah daerah di Cirebon dituding gagal melindungi kelestarian sungai. Hal itu terlihat pada makin sempitnya daerah aliran sungai (DAS) hingga kerusakan serius pada beberapa sungai.

Dampaknya, banjir mengancam pemukiman saat hujan lebat. Itupun terjadi di Kota Cirebon, pekan lalu. Banjir akibat curah hujan tinggi terjadi di seluruh kecamatan di Kota Cirebon serta beberapa kecamatan di Kabupaten Cirebon.

Itu hanya satu contoh dampak nyata kerusakan sungai. Belum lagi ancaman penyakit yang ditimbulkan dari pencemaran yang terjadi di sungai. Dipastikan bakal menurunkan kualitas hidup masyarakat.

Baca Juga:Penanggulangan Aksi Ekstremisme Butuh KolaborasiIni Solusi Atasi Banjir Kota Cirebon Menurut Praktisi Arsitektur

Merespon situasi kerusakan sungai yang terjadi secara meluas di Indonesia, Komunitas Wangsakerta, menggelar diskusi ramadhan yang bertajuk Tadarus Konservasi Mengenai Air dan Sungai di Cirebon, akhir pekan lalu.

Kegiatan yang digelar di Saung Belajar Sekolah Alam Wangsakerta, Dusun Karangdawa Desa Setupatok Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon ini menghadirkan dua pemateri, pertama, Dhobit Yuslam selaku pengajar di Sekolah Alam Wangsakerta, dan kedua, Nico Permadi, Founder Komunitas Sinau Art Cirebon, serta dimoderasi oleh Dewi Ropiah.

Dhobit Yuslam menjelaskan, hasil lenelitian dari Lembaga Fauna Flora Internation-Indonesia Programme (FFI-IP) yang berjudul ‘Teori dan Praktik, Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Renggung Pembelajaran dari Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB)’.

Menurut Dhobit, kajian tersebut memberikan pelajaran berharga mengenai tiga hal, meliputi, pertama pengertian DAS dan praktik pengelolaannya. Kedua, pendekatan intervensi program yang dilakukan terhadap DAS.

“Dan ketiga, penerapan strategi kolaborasi multipihak baik di sektor pemerintah dan masyarakat dalam konservasi sungai,” ujar Dhobit.

Sementara itu, Founder Komunitas Sinau Art Cirebon, Nico Permadi memaparkan hasil pengamatannya terkait pengelolaan DAS di Cirebon terutama masalah kolaborasi multi pihak.

“Mengenai bagaimana penyebab utama persoalan kerusakan sungai tak kunjung beres, saya mengamati koordinasi antar birokrasi pemerintah daerah, baik di Kota dan Kabupatan Cirebon, tidak berjalan secara optimal,” kata Nico.

Baca Juga:DEMA FUA IAIN Cirebon Adakan Kegiatan Amazing in RamadhanHari Kedua Amazing in Ramadhan IAIN Cirebon Diisi Liga Futsal Antar Jurusan

Padahal, koordinasi tersebut sangat penting, mengingat intervensi pemerintah dibutuhkan dalam situasi mendesak seperti urusan penanganan banjir akibat kerusakan sungai.

0 Komentar