Launching dan Bincang Buku Perempuan Penggerak Perdamaian, Membangun Toleransi Lewat Aksi Nyata!

Lauching dan Bincang Buku Perempuan Penggerak Perdamaian, Membangun Toleransi Lewat Aksi Nyata!
Laucing dan bincang buku \"Perempuan Penggerak Perdamaian\". Foto: ISTIMEWA/RAKCER.ID
0 Komentar

Hal inilah yang mendorongnya untuk terus membangun gerakan kolektif dan kolaboratif demi mencapai perubahan yang lebih luas.

“Saya berusaha mendorong otoritas perempuan. Perempuan itu punya pengetahuan dan pengalamannya sendiri. Saya berusaha memberikan informasi kepada masyarakat bahwa perempuan juga punya karya,” tambahnya.

Tantangan Generasi Mdua dalam Pendidikan dan Toleransi

Cici Situmorang yang fokus pada isu pendidikan dan toleransi, berbagi pengalamannya tentang sulitnya mendapatkan dukungan dari komunitas, terutama dalam mencari pemuda-pemuda yang peduli terhadap regenerasi. Meski menghadapi berbagai tantangan, ia tetap berkomitmen untuk melanjutkan perjuangannya.

Baca Juga:Ingin Liburan Hemat? Cek Tanggal Merah Tahun 2025 untuk Liburan TerbaikmuFarmhouse Chic! 8 Ide Drawer Kayu untuk Menambah Karakter Hunian Anda

“Saya juga banyak yang tidak mendukung, mau dilihat atau nggak mau dihargai atau tidak, saya tetap berjalan. Kadang-kadang di dalam komunitas sendiri, mencari anak muda untuk regenerasi di zaman sekarang itu sulit, padahal ini tugas bersama.” Ujarnya.

Ia menekankan bahwa regenerasi pemuda merupakan kunci keberlanjutan perjuangan dalam memperjuangkan pendidikan dan toleransi, terutama di tengah dinamika sosial yang terus berubah.

Diskusi ini menyoroti upaya dan tantangan yang dihadapi oleh perempuan dalam memperjuangkan keadilan, toleransi, dan pendidikan di masyarakat.

Ketiga narasumber penggerak perdamaian ini dengan peran mereka masing-masing, memberikan inspirasi bahwa meski tantangan besar terus mengadang, perjuangan untuk memperkuat peran perempuan dan membangun dialog di tengah masyarakat harus terus dilanjutkan.

“Hal ini yang kami rasa perlu dituliskan. Setelah kami berhasil mewawancarai dan menuliskan pengalaman mereka, kami menemukan bahwa gerakan-gerakan yang dianggap kecil ini adalah tunas-tunas baru. Jika dirawat terus menerus, mereka akan menghasilkan gerakan yang besar.” Ucap Fitri.

Bapak Rosyidin dari Fahmina Institute juga menyampaikan harapannya agar kegiatan ini menjadi gerakan pembuka untuk tetap semangat menyuarakan dan mengapresiasi upaya-upaya dalam menyebarkan nilai-nilai toleransi.

“Kerja kolaborasi sangat mungkin dan bisa melahirkan inisiatif. Berawal dari penguatan tokoh agama muda dan orang-orang muda kreatif, kita dapat menjawab isu perdamaian, toleransi, dan kerja kolaborasi yang minim, khususnya di kalangan perempuan,” jelasnya.

Baca Juga:Desain Plafon Minimalis, 8 Inspirasi Kombinasi Kayu dan Warna Putih untuk Tampilan Elegan8 Inspirasi Kursi Makan Kayu, Dari Gaya Vintage hingga Minimalis Modern

Semoga inisiatif ini menjadi langkah awal untuk meningkatkan apresiasi terhadap gerakan-gerakan kecil yang membawa perubahan besar bagi masyarakat.

0 Komentar