Mendengar Kisah Buya Hamka dari Sang Putra: Dizalimi, Tetap Bantu Soekarno dan M Yamin

GURU BANGSA. Salah satu putra guru bangsa H Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka), Buya Afif Hamka menceritakan kisah perselisihan Buya Hamka dengan Soekarno dan M Yamin. FOTO: ASEP SAEPUL MIELAH/RAKCER.ID
GURU BANGSA. Salah satu putra guru bangsa H Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka), Buya Afif Hamka menceritakan kisah perselisihan Buya Hamka dengan Soekarno dan M Yamin. FOTO: ASEP SAEPUL MIELAH/RAKCER.ID
0 Komentar

“Kami benar-benar disengsarakan. Saya merasakan, saya masih SMP ketika itu. Merasakan sekali bagaimana orang ini begitu kejam,” tutur Buya Afif dengan penuh penghayatan.

Lepas dari berbagai hukuman yang dijatuhkan oleh Soekarno terhadap Hamka, masih Buya Afif melanjutkan kisahnya, singkat cerita saat itu rezim orde lama runtuh, dan dimulai orde baru di bawah pimpinan Soeharto.

“Eh begitu ganti rezim, orde lama tumbang, orde baru naik. Rupanya, belum ada di film itu. Ternyata Hamka diminta Soekarno mengimami jenazahnya. Dan Buya Hamka bersedia. Saya saat itu termasuk yang melarang ayah,” ujar Buya Afif.

Baca Juga:Partai Demokrat Isi Penuh Daftar Bacaleg, Optimis Tembus 15 Persen Suara NasionalUsai Daftarkan Bacaleg, Gerindra Kota Cirebon Fokus Urus PAW Affiati

Selain Soekarno, lawan politik lain, yang berseberangan dengan Buya Hamka, dan diceritakan Buya Afif, adalah hubungan ayahandanya dengan Mohammad Yamin, yang keduanya sama-sama berdarah Minang.

“Beliau juga bertolak belakang pemikiran politik dengan Mohammad Yamin. Saat itu di parlemen, M Yamin itu musuh politik ayah. Tapi saat keluarga Yamin meminta Hamka untuk menjenguk Yamin yang sakit, ayah datang,” ucap Buya Afif.

Yang paling tidak bisa ia lupakan, dari perselisihan ayahandanya dengan Mohammad Yamin, kata Buya Afif, saat akhir hidupnya, jenazah Mohammad Yamin ditolak oleh masyarakat untuk dikebumikan di kampung halamannya.

Penyebabnya, karena M Yamin terang-terangan menolak gerakan yang berasal dan didukung oleh warga Minang.

“Saat jenazah Yamin ditolak dimakamkan di kampung halamannya, Buya Hamka lah yang bersurat kepada datuk-datuk dan pemuka adat di kampung Yamin. Dan akhirnya jenazah Yamin diperbolehkan dikuburkan di kampungnya. Saat meninggal di RSPAD, Yamin juga meminta, agar Buya Hamka yang membacakan talkin untuknya,” tutur Buya Afif.

Setelah Mohammad Yamin berpulang, istri Yamin menghadiahkan Buya Hamka sebuah tongkat sebagai kenang-kenangan, atas sikap Buya Hamka yang bersedia memenuhi permintaan terakhir Yamin. Serta membantu sampai akhirnya jenazah Yamin diperbolehkan dikebumikan di kampung halamannya.

“Saya masih ingat, tongkat itu kalau dibuka ada pedangnya. Di film itu tidak semuanya tergambarkan, terbatas lah. Tapi dia punya buku, namanya kenang-kenangan hidup. Tulisan Buya Hamka. Mulai lahir sampai kembali, diceritakan dalam film itu. Nanti lihat saja film yang kedua dan ketiga, harus lengkap menontonnya,” imbuh Buya Afif. (*) 

0 Komentar