Risiko Keamanan dari Software Bajakan untuk Pembangunan Infrastruktur

Risiko Keamanan dari Software Bajakan untuk Pembangunan Infrastruktur
Risiko Keamanan dari Software Bajakan untuk Pembangunan Infrastruktur. Foto: Pinterest - RAKCER.ID
0 Komentar

CIREBON,RAKCER.ID – Seiring dengan meningkatnya frekuensi serangan siber Software Bajakan yang semakin mengkhawatirkan, BSA | The Software Alliance mendorong pemerintah dan pelaku bisnis di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, untuk mengadopsi perangkat lunak berlisensi dan aman untuk proyek infrastruktur vital mereka, termasuk untuk pengembangan Ibu Kota Negara Nusantara di Indonesia.

Permintaan ini merupakan tanggapan terhadap pola yang mengkhawatirkan, dengan perangkat lunak ilegal atau software bajakan menyusup ke dalam proyek-proyek pekerjaan publik dan infrastruktur, yang membawa risiko ganda terhadap keamanan siber dan kualitas keseluruhan upaya penting ini.

Simak Ulasan Lengkap Tentang Risiko Keamanan dari Software Bajakan

Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengungkapkan konsekuensi yang mengkhawatirkan terkait dengan penggunaan perangkat lunak atau software ilegal. Pada Agustus 2023, Indonesia mencatat adanya peningkatan serangan siber yang signifikan sebesar 219.414.104.

Baca Juga:Cloudera dan Pinecone Integrasi Vector Database, Percepat Pengembangan AIKarena Sedang Ramai Google Berpotensi Investasi Jutaan Dollar di Character.AI

Adapun yang paling mengkhawatirkan adalah bahwa 52,51% dari insiden tersebut dihasilkan dari malware, mencapai hampir 115.208.766 serangan. Dari jumlah tersebut, sekitar 707.409 insiden melibatkan serangan ransomware, yang paling mungkin menyebabkan kerugian finansial yang besar.

Berdasarkan temuan ini, sangat penting untuk menggunakan perangkat lunak berlisensi dan aman dalam proyek pembangunan ibukota Indonesia, yang merupakan proyek infrastruktur terbesar dalam sejarah negara ini.

Pendekatan ini memastikan ketahanan siber dan keunggulan keseluruhan proyek seraya memitigasi risiko terkait dengan perangkat lunak ilegal. Selain itu, dengan investasi besar sebesar Rp523 triliun (USD35 miliar), membuat proyek ini dapat dengan mudah membeli perangkat lunak berlisensi.

Pendekatan ini juga berlaku untuk negara-negara tetangga seperti Thailand dan Malaysia. Penting bagi proyek pekerjaan publik, termasuk proyek-proyek besar seperti bendungan dan kereta api, untuk mengadopsi perangkat lunak berlisensi guna mencegah efek yang merugikan.

Namun sayangnya, menurut penyelidikan terbaru yang dilakukan oleh penegak hukum telah mengungkap adanya perusahaan teknik dan desain yang menggunakan perangkat lunak ilegal dalam proyek-proyek infrastruktur penting di kedua negara tersebut sehingga menimbulkan kekhawatiran serius.

Dalam laporan terbaru oleh Divisi Pemberantasan Kejahatan Ekonomi (ECD) Kepolisian Kerajaan Thailand, distributor lokal alat pengukur terbukti menggunakan delapan salinan perangkat lunak AutoCAD yang tidak berlisensi dalam pembuatan perangkat penting untuk proyek-proyek infrastruktur nasional.

0 Komentar