Sejarah dan Fakta Menarik Tradisi Thudong, Tradisi Para Biksu untuk Melakukan Perjalanan Sangat Jauh ke Tempat-Tempat Keramat

Tradisi Thudong
Tradisi Thudong. (Foto: Pinterest)
0 Komentar

RAKCER.ID – Tradisi Thudong, juga dikenal sebagai Tudong atau Toudong, berasal dari kata Pali “dhutanga”, yang berarti ‘tambahan’ atau ‘latihan khusus’.

Dalam tradisi Thudong ini, seorang biksu meninggalkan viharanya dan memilih hidup sebagai pengembara spiritual. Mereka berjalan dari satu tempat ke tempat lain, menjalani kehidupan yang sangat sederhana dan rendah hati.

Asal usul tradisi Thudong dapat ditelusuri kembali ke zaman Buddha Gautama. Saat itu, para biksu sering melakukan perjalanan jauh untuk menyebarkan ajaran Buddha.

Baca Juga:SEA Games 2023:Tak Segan Saat Ditantang Pelatih Silat Vietnam, Manajer Timnas Pencak Silat Indonesia Jadi Sorotan, Siapa Dia?Waduh Logo Piala Dunia 2026 yang Baru dirilis FIFA Menuai Cemoohan Warganet

Para biksu hidup sebagai pengembara, mengandalkan bantuan dan dukungan masyarakat yang mereka temui di sepanjang jalan. Praktik ini memberi para bhikkhu kesempatan untuk mengembangkan ketabahan, ketekunan, dan kemurahan hati mereka.

Indonesia sendiri mengenal tradisi Thudong telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya agama Buddha.

Para biksu yang mempraktikkan Thudong melakukan perjalanan ke tempat-tempat keramat, gua-gua terpencil, dan kawasan alami yang dianggap keramat seperti candi dan sebagainya.

Mereka berjalan tanpa alas kaki, hanya membawa barang-barang yang sangat minim, seperti mangkuk biksu (mangkuk makan), kasaya (jubah biksu), serta tas kain kecil untuk menyimpan barang-barang pribadi mereka.

Selama perjalanan Thudong, para biksu menghadapi berbagai cobaan dan rintangan. Mereka dihadapkan pada cuaca yang keras, medan yang sulit, dan makanan yang tersedia terbatas.

Tujuan utama Thudong adalah mengembangkan kesadaran diri, melampaui batas fisik dan mental, serta melatih kepekaan terhadap alam dan orang-orang di sekitarnya.

Selain itu, tradisi Thudong juga memungkinkan para biksu untuk belajar dari pengalaman orang-orang yang ditemuinya selama perjalanan.

Baca Juga:Sepak Terjang Daichi Kamada, Pengganti Brahim Diaz di AC Milan?Hakan Calhanoglu Ucapkan Selamat Kepada Squad AC Milan Karena Telah Melakukan yang Terbaik

Mereka memberikan nasihat spiritual, menawarkan penghiburan, dan berbagi kebijaksanaan yang diperoleh dari praktik meditasi dan studi agama Buddha.

Dalam prosesnya, para biksu mendapatkan wawasan mendalam tentang manusia dan alam semesta.

Pengaruh tradisi Thudong dapat dilihat pada budaya masyarakat di Nusantara. Tempat-tempat yang dikunjungi oleh biksu Thudong seringkali merupakan pusat pertapaan atau kuil yang dikunjungi oleh umat Buddha.

Beberapa gua pernah dihuni oleh Biksu Thudong dianggap suci dan berfungsi sebagai tempat ziarah bagi umat Buddha yang mencari kedamaian dan pencerahan spiritual.

0 Komentar