Uji Laboratorium Tanah Sawah, BPP Kertajati: PH Asam dan Kandungan Organik Rendah

Uji Laboratorium Tanah Sawah
PENGUJIAN. Badan Penyuluh Pertanian Kecamatan Kertajati melakukan uji laboratorium tanah sawah di sejumlah wilayah, untuk memastikan kandungan hara dalam tanah. rakcer.id/hasanudin
0 Komentar

RAKCER.ID – Badan Penyuluh Pertanian Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka melakukan uji laboratorium tanah sawah di sejumlah wilayah, untuk memastikan kandungan hara dalam tanah.
Uji laboratorium tanah sawah dilakukan agar pemupukan dapat dilakukan dengan baik dan proporsional, sehingga bisa diperoleh hasil yang maksimal.
Uji laboratorium tanah sawah dilakukan karena banyak lahan sawah yang tingkat keasaman dan fosfat sudah tinggi. Sedangkan organiknya rendah, sehingga jumlah produksi pertanian setiap panen rendah.
Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Kertajati Ali Imron mengungkapkan, dari hasil pengujian laboratorium yang dilakukan di Blok Koroncong dan Tegal Hoe Desa Pasiripis, menunjukan tingkat keasaman (PH) yang sangat tinggi sehingga harus dilakukan penambahan kapur pertanian (kaptan) atau dolomit.
Kemudian untuk unsur nitrogen ada yang dinyatakan sedang. Sehingga pupuk urea cukup dengan 200 kg dalam satu hektare.
Namun di blok Tegal Hoe dibutuhkan 250 kg per hektare karena kandungan fosfatnya masih ada dan kebutuhan fosfat cukup dengan pemupukan NPK.
“PH menunjukan keasaman, kandungan pupuk organik jauh dari semestinya,” ujar Ali Imron, Jumat 24 Februari 2023.
“Tadi ketika pemeriksaan dilihat di botol reaksi kimia ada cukup kandungan organik, ada juga yang hanya beberapa milimiter saja. Sehingga harus dilakukan pengapuran, dolomit dan pupuk organik,” katanya.
Menurutnya, yang jadi permasalahan yakni PH asam yang tinggi dan kandungan organik yang rendah. Sedangkan yang lainnya yaitu nitrogen dan kandungan kimia lainnya cukup.
“Pemeriksaan atau uji lab ini memastikan kondisi tanah sawah. Jika PH sesuai dan kandungan lainnnya bagus, maka pupuk akan terserap oleh tanaman,” terangnya.
“Sebaliknya kalau tanah sakit, maka pupuk tidak terserap secara maksimal. Sehingga hasil pertanian yang diperoleh tidak akan maksimal pula,” tuturnya.
Dia menyebutkan, sampel yang diambil di satu titik untuk mewakili sawah seluas 25 hektare. Namun hingga kini belum seluruhnya diuji, karena terkendala waktu. Sehingga kelompok tani diminta mengantarkan tanah sampel untuk diperiksa.
Menurutnya, selama ini masih banyak petani yang melakukan pemupukan kimia berlebihan. Kondisi tersebut berpengaruh besar terhadap kondisi tanah.

0 Komentar