SAAT ini warganet sedang ramai membahasa sesajen yang terjadi di area Gunung Semeru. Sebuah videp menunjukkan sedang membuang sesajen yang ada gunung Semeru, karena benda itu yang dianggap mendatangkan azab Allah.
Masyarakat setempat pun marah terhadap ulang pria yang menendang sesajen tradisi masyarakat tersebut. Termasuk Bupati Lumajang Thoriqul Haq yang memerintahkan anak buahnya untuk menangkap pria yang sudah meresahkan masyarakat itu.
Thariqul Haq, memastikan pria penendang sesajen tersebut bukanlah warga Lumajang karena sudah melanggar tata nilai masyarakat daerah setempat.
Baca Juga:Abraham: BKPSDM Jangan Jadi Calo!Mesut Ozil Mau Diboyong Raffi Main di Rans Cilegon
“Saya minta semua teman-teman, baik aparat maupun relawan di sana untuk mencari. sampai sekarang belum ketemu, saya minta segera ketemu,” kata Thariq.
Tradisi sesajen sudah dilakukan masyarakat Indonesia sejak dahulu kala. Bahkan, Ibu Tien Soeharto pernah melakukannya pada peristiwa Gerakan 30 September 1965.
Saat itu Ibu Tien membuat sesajen, karena gelisah karena suaminya, Mayjen Soeharto, belum juga pulang ke rumah. Ibu Tien pun mengadakan ritual selametan untuk menenangkan diri dan menciptakan rasa aman.
“Mbakyu Harto adalah seorang muslimah yang menganut pula paham kejawen. Dia punya kebiasaaan membuat sesajen pada hari-hari khusus. Ketika suasana tegang menguasai hatinya lantaran Mas Harto tidak diketahui keberadaannya, Mbakyu Harto lalu berniat membuat sesajen dan melakukan doa-doa,” kata Probosutedjo, adik Soeharto, dalam memoarnya Saya dan Mas Harto karya Alberthiene Endah.
Ibu Tien mempersiapkan beberapa syarat: kue-kue tradisional, kopi, teh, buah-buahan, dan bunga. Namun, ada satu syarat yang kurang dan penting. “Dik Probo, tolong carikan nasi kebuli. Saya perlu untuk sesajen,” pinta Ibu Tien seraya mengungkapkan keresahannya. “Saya waswas terus dengan kondisi Mas Harto.”(ing)