RAKYATCIREBON.ID-Usai menjalani karantina selama tujuh hari di Wisma Atlet Jakarta, Tenaga Kerja Wanita (TKW) bernama Rokaya (40) akhirnya bisa berkumpul kembali dengan keluarganya di Indramayu.
Dia tiba di kampung halamannya di Desa Eretan Wetan, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu pada Kamis (13/1) malam setelah bekerja di Irak.
Rokaya yang tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya mengaku trauma dengan kejadian yang dialaminya selama di Arbil, Irak.
Baca Juga:Ketua DPRD: Raperda UMKM Masuk Pembahasan Awal 2022Perluasan Wilayah Harus Berbasis Data
Dia tidak kembali ke Timur Tengah untuk jadi TKW. “Saya tidak mau lagi ke sana,” ungkapnya.
Menurutnya, selama satu tahun bekerja di Arbil, ia merasa sangat tertekan. Karena tetap dipaksa bekerja meski dalam keadaan sakit.
Bahkan tidak diberikan waktu libur maupun istirahat. Ia harus bekerja mulai pukul 6 pagi sampai dengan 11 malam, tidak jarang pula sampai jam 12 malam karena harus mengurusi pula rumah saudara majikannya. “Jangankan dibawa ke dokter, saya lagi sakit tetap harus kerja,” ungkapnya.
Setiap kedapatan duduk untuk istirahat karena tidak ada lagi yang harus dibereskan, majikannya pasti selalu memanggilnya. Ia juga dipantau selama 24 jam melalui kamera CCTV yang ada di dalam rumah sang majikan.
“Dipanggil terus kalau ketahuan duduk, disuruh pijat, sampai tangan saya gak kerasa apa-apa karena sering pijat,” kata dia.
Selain itu, Rokaya juga hanya diberi kesempatan sepuluh menit untuk bisa mengabari keluarga di Indramayu setiap minggunya.
Namun, kini ia bersyukur karena bisa pulang ke Indonesia dan bisa kembali berkumpul dengan keluarganya.
Baca Juga:Bupati Kaget ada Daerah Dataran TinggiDPRD Terbuka, Bagi Siapa Saja
“Di sana beda, memang saya tidak mendapat kekerasan, tapi orang di sana keras-keras wataknya, saya di sana seperti di penjara,” ucapnya.
Cerita pilu Rokaya tidak sampai disitu. Dia pulang ke Indonesia hanya membawa uang Rp4 ribu. Karena uang hasil kerjanya habis diminta agency untuk membeli tiket kepulangannya dari Irak ke tanah air. “Sisa gaji saya itu 800 Dollar, uang itu diambil semua oleh agency buat beli tiket saya pulang,” tuturnya.
Uang ratusan Dollar itu murni hasil kerjanya selama kurang lebih 3 bulan. Dalam sebulannya hanya menerima 300 Dolar sebulan. Padahal, dalam perjanjian kerja seharusnya digaji sekitar 500 Dolar.