RAKYATCIREBON.ID – Petani tembakau di Majalengka mengalami kerugian akibat curah hujan yang tinggi, hingga menyebabkan rendemen rendah. Akibatnya, kualitas tembakau pun menurun di kualitas 2 dan 3 dengan harga jual hanya Rp30 ribu hingga Rp35 ribu per kilogram.
Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Majalengka, Jojo Sutarjo menjelaskan tahun ini hanya sedikit petani yang memiliki tembakau kelas 1. Itupun harus mengeluarkan modal yang tidak sedikit.
“Sebagian besar petani hasil panen tembakaunya berada di kualitas 3. Jadi harga jualnya rendah,” ungkap Jojo.
Baca Juga:Dinkes Siapkan Vaksin BoosterWabup Minta Siswa Jangan Takut Divaksin
Jojo menuturkan, saat ini tembakau dengan kualitas kelas 1 harga jualnya mencapai Rp60 ribu per kilogram. Rendahnya rendemen tembakau ini akibat cuaca yang buruk, warna tembakau yang biasanya kekuning-kuningan saat ini menjadi hitam. Dari luas 1 hektare pada tahun 2020 lalu dengan cuaca panas produksi tembakau bisa diperoleh 1,2 ton, sedangkan saat ini paling 8 kuintal kering.
“Kalau produksi panen basah tahun lalu dan sekarang hampir sama sebanyak 7 ton, tapi ketika kering menyusut tajam rendemennya rendah karena terlalu banyak air,” kata Jojo.
Kerugian yang diderita petani, menurutnya, selain rendemen yang rendah juga karena proses penjemuran yang cukup lama sehingga menyita waktu petani.
Sekarang karena curah hujan tinggi, waktu menjemur mencapai hampir dua bulan. Padahal biasanya waktu menjemur hanya membutuhkan waktu 20 hari. Meski kualitas tembakau turun, namun pasar tembakau asal Kecamatan Bantarujeg dan Lemahsugih tetap tinggi.
Pengepul tembakau setiap hari terus berdatangan menemui para petani untuk membeli tembakau hasil olahan. Sementara pasar tembakau dari Kabupaten Majalengka masih tetap ke wilayah Cianjur, Sumedang, Bandung, Garut, dan Tasikmalaya.
Tembakau Majalengka selama ini tidak pernah bisa masuk ke pabrik rokok, karena tembakau Majalengka harganya jauh lebih mahal dibanding tembakau asal Lombok ataupun Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Menyinggung soal naiknya cukai tembakau, menurut Jojo, bagi petani Majalengka tidak berpengaruh karena tembakaunya tidak masuk ke pabrik melainkan pada tembakau iris olahan. (hsn)