RAKYATCIREBON.ID – Masyarakat Desa Batujaya Kecamatan Cigasong, bergotong royong memasang bronjong kawat Tembok Penahan Tanah (TPT), di sekitar aliran sungai Ciborongsong atau persis di pinggir jalan utama desa.
Pembangunan TPT dan pemasangan bronjong tersebut bertujuan menahan jalan desa di pinggir sungai, yang beberapa diantaranya longsor akibat hujan beberapa waktu lalu. Dengan dipasangnya bronjong TPT, konstruksi jalan diharapkan semakin kuat dan tidak terjadi abrasi sungai yang mengikis jalan desa.
Dana yang digunakan untuk membangun bronjong tersebut, selain bersumber dari anggaran pemerintah desa juga berasal dari swadaya masyarakat desa. Pembangunan TPT dinilai sangat penting sebagai penguat konstruksi jalan desa yang berada di bibir sungai, yang kerap kali longsor saat musim hujan.
Baca Juga:Hadapi Pemilu, Partai Ummat Optimis Masyarakat Cerdas MemilihPemkab Upayakan PTSL Bebas BPHTB
“Akibat hujan besar beberapa hari lalu, ada beberapa titik longsor di desa kami. Salah satunya di sekitar jalan utama desa akibat abrasi sungai. Hasil musyawarah desa diputuskan segera membangun TPT dan bronjong, guna menghindari melebarnya abrasi yang bisa membahayakan masyarakat,” jelas Ketua BPD Batujaya, Yadi.
Sementara pengurus RT setempat, Nana Suhana menambahkan, pembangunan TPT dilakukan masyarakat secara gotong royong dengan memanfaatkan material batu dan pasir di sekitar sungai. Sekitar 30 hingga 50 warga ikut berpartisipasi bersama perangkat desa untuk membangun dan memperbaiki jalan desa yang longsor, sehingga pembangunan bisa selesai dengan cepat.
“Alhamdulilah masyarakat sangat antusias membantu memperbaiki jalan yang longsor dengan memasang bronjong penahan erosi dan abrasi. Bahkan masyarakat yang datang jumlahnya cukup banyak mencapai 50 orang lebih,” paparnya.
Meluapnya sungai Cikoronjo saat hujan lebat beberapa waktu lalu sempat menggenangi ruas jalan penghubung Batujaya – Simpeureum, akibatnya akses warga kedua desa itu sempat terputus beberapa saat karena tingginya luapan air sekitar 50 cm.
Pemdes sudah berencana untuk membuat saluran air atau sodetan untuk membagi debit air yang ada di sungai tersebut, sehingga jika terjadi hujan besar aliran air tidak meluap. Namun anggaran dana desa (DD) di tahun 2019 dan 2020 bahkan hingga tahun 2022 banyak yang refocusing akibat penanganan Covid-19, maka rencana pembuatan saluran air baru menjadi terkendala.