RAKYATCIREBON.ID – Sekolah sudah menerapkan pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen. Pelajar pun mulai aktif mengerjakan tugas. Tak ayal, kebutuhan terhadap referensi pun meningkat. Sayangnya, koleksi buku di Perpustakaan 400 tak kunjung bertambah.
Pustawakan Perpusatakaan 400, Warsita menjelaskan, sudah dua tahun anggaran pengadaan buku terkena refocusing alias dialihkan untuk pengendalian Covid-19. Sehingga, ketersediaan buku masih sama. Yakni 28 ribu judul 42 ribu eksemplar buku cetak.
Sedangkan buku elektronik tersedia 1.057 judul dengan 70.614 eksemplar. Jumlah itu sejatinya tak utuh 100 persen. Pasalnya, masih ada buku yang tersebar dipinjam pemustaka belum dikembalikan.
Baca Juga:BI Catat Tren Pertumbuhan Ekonomi, Anehnya Banyak Usaha TutupPenataan Dapil Mulai Oktober 2022
Kondisi ini dikhawatirkan memicu kekurangan referensi khususnya bagi pelajar. Lantaran beberapa judul buku hanya tersedia beberapa eksemplar saja.
“Penyesuaian literatur dalam 2 tahun belum nambah lagi karena pagu belanjar buku terkena refocusing. Tahun ini saja pengadaan buku cuma Rp10 juta,” kata Warsita.
Meski demikian, upaya menambah koleksi buku di Perpustakaan 400 masih digalakan. Warsita berharap pada APBD Perubahan ada slot anggaran yang cukup untuk belanja buku.
Kebutuhan buku baru menjadi prioritas pasalnya terjadi perubahan kurikulum Merdeka Belajar. Pihaknya bakal melayangkan permintaan rekomendasi judul pengadaan buku pada instansi pendidikan sekolah maupun perguruan tinggi.
“Dalam waktu dekat saya layangkan surat lagi ke perguruan tinggi minta referensi rujukan sebagai dasar Perpusatakaan memenuhi kebutuhan buku,” jelasnya.
Operasional Perpustakaan 400 tidak lagi menerapkan pembatasan pengunjung. Namun tetap menerapkan prokes ketat. Dari tanggal 3 sampai 26 Januari 2022 ada 1.429 pemustaka berkunjung ke Perpustakaan 400 dengan rerata 79 kunjungan perhari.
Selain baca di tempat dan pinjam buku, aktivitas pemustaka juga mulai beragam. Ada studi komparatif sesama instansi, literasi kreatif bagi ibu-ibu hingga story telling bagi pelajar usia dini. (wan)