RAKYATCIREBON.ID – Kabupaten Majalengka diharapkan sudah melakukan kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan lonjakan kasus Covid-19 yang tidak terkendali seperti awal tahun lalu, dengan menyiapkan sarana dan prasarana penanganan dan pencegahan.
Ahli epidemiologi Ucu Supriatna, kesiapsiagaan yang harus dilakukan Pemkab Majalengka tersebut diantaranya menyiapkan oksigen. Jangan sampai kejadian tahun lalu terulang, hingga banyak pasien yang kesulitan untuk memperoleh oksigen hingga ada korban yang tidak tertolong karena kesulitan memperoleh alat bantu pernafasan.
Selain itu, mengecek kembali rumah sakit yang harus menyiapkan tempat tidur sebagai ruang perawatan khusus Covid-19. Kemudian menyiapkan oksigen beserta tabungnya, penyediaan ruang isolasi terpusat dengan fasilitas kesehatan yang memadai di tempat isoter. Termasuk mengaktifkan kembali relawan dan pelaksanaan tracing juga testing yang harus benar-benar aktif.
Baca Juga:Bupati Acep Minta BPD Sinergi dengan DesaRp45 M untuk Antisipasi Lonjakan Covid-19
“Di Majalengka nampaknya lambat menyalakan lampu kuning, karena sebenarnya tahun lalu juga meningkatnya kasus di bulan Februari. Ini ada hubungannya antara cuaca dengan pertumbuhan virus, karena di musim hujan yang relatif suhunya dingin sehingga pertumbuhan virus lebih cepat. Berbeda dengan cuaca panas, saat kemarau terbantu alam yakni oleh sinar matahari. Nah sekarang virus relatif kuat,” ungkap Ucu.
Jadi menurutnya kalau ada droplet, hembusan nafas apalagi omicron ini lebih cepat meluas.
Ahli epidemiologi lainnya, Asep Suandi yang juga Direktur RSUD Cideres menyebutkan peningkatan kasus Covid-19 di Majalengka sudah diprediksi sebelumnya. Penyebabnya sama seperti sebelumnya yakni akibat prokes yang tidak dipatuhi serta tingginya kerumunan dan mobilitas masyarakat juga sangat tinggi.
Sementara Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, Agus Susanto mengatakan virus yang menyebar sekarang di Kabupaten Majalengka diduga adalah varian Omicron walaupun Kabupaten Majalengka belum menerima hasil penelitian laboratorium.
“Kita sudah kirim ke Bandung hanya hasil belum diterima. Kemungkinan ini akibat banyaknya sampel yang harus diperiksa sehingga menumpuk. Ini wajar karena laboratorium untuk meneliti ini di Indonesia baru ada delapan, salah satunya di Bandung,” ungkap Agus.
Sementara itu jumlah terkonfirmasi aktif hingga Senin (14/2) telah mencapai 324 setelah ada penambahan sebanyak 58 kasus. 15 diantaranya 1 kasus menjalani perawatan di RSUD Majalengka, RSUD Cideres 7 kasus, dan di rumah sakit luar Kabupaten Majalengka 7 kasus. (hsn)