RAKYATCIREBON.ID – Bendung Cikeusik di Kabupaten Kuningan menjadi salah satu bendung tertua di Indonesia. Dalam catatan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung (Cimancis), Bendung Cikeusik rampung dibangun pada 1890.
Tak main-main, bendung ini berfungsi mengairi irigasi persawahan maksimal 6.899 ha. Sebagian besar di Kabupaten Cirebon dan Kota Cirebon.
Kepala BBWS Cimancis, Dr Ismail Widadi ST MSc menjelaskan, melihat fungsinya yang terbilang vital, BBWS Cimancis pun secara berkala melakukan perawatan. Sejak awal Bendung Cikeusik memang diperuntukan pada irigasi daerah hilir. Luasnya pun masih separuh luas saat ini.
Baca Juga:Percuma Umbar Syahwat Pilkada, Demokrat Fokus Pileg dan Pilpres DuluPenerimaan Perangkat Desa Sigong Kembali Disoal
Pada tahun 1979, melalui Program Irigasi Daerah (Prosida) bendung ini mengalami rehab pertama skala besar. Luasnya pun bertambah menjadi 12 hektar mencakup area utama bendung serta area persawahan dan pemukiman warga di sekitar bendung.
“Sejak tahun 1979, kami terus lakukan perawatan. Dan pada tahun 2021 diperbaiki secara besar-besaran sampai jadi seperti ini,” jelas Ismail dalam program Open Mic bersama Media Internal BBWS Cimancis, Kamis (17/2).
Selain fungsi irigasi, Bendung Cikeusik juga andil besar dalam pengendalian banjir tahunan akibat curah hujan tinggi di wilayah Cirebon Timur. Dengan rampungnya perbaikan bendung, Ismail mengklaim dampak daya rusak air dapat diminimalisir. Meski masih terjadi banjir, namun tidak parah yang mengakibatkan warga mengungsi.
“Kami bisa yakinkan bahwa dengan optimalnya bendung ini sebelum diperbaiki, banjir sering terjadi di daerah hilir. Sekarang jadi relatif terkendali,” tambah Ismail.
Dia mengatakan, perbaikan demi perbaikan bakal terus dilakukan. Pihaknya pun mengajak masyarakat sama-sama merawat bendung serta aliran sungai sampai hilir. Agar dampak daya rusak air dapat terkendali dengan baik.
Terkait keterlibatan masyarakat, BBWS Cimancis meluncurkan jargon 3M yakni melibatkan masyarakat dalam pelestarian bendung dan sungai, membudayakan pelestarian tersebut serta mitigasi tatkala ada bencana akibat daya rusak air.
“Yang dikerjakan BBWS Cisanggarung itu banyak sekali. Kami tidak mungkin melakukan itu semua sendiri. Karenanya, dibutuhkan keterlibatan masyarakat,” pungkas dia. (wan)