Rumah Adat Rangken Diambang Kepunahan, Tersisa Dua Unit

SERING BOCOR. Salah satu rumah adat Rangken yang masih tersisa di Desa Totoran, Kecamatan Pasekan, Indramayu. Alasan warga merehab Rangken karena tidak tahan cuaca. Atapnya sering bocor saat musim hujan.
SERING BOCOR. Salah satu rumah adat Rangken yang masih tersisa di Desa Totoran, Kecamatan Pasekan, Indramayu. Alasan warga merehab Rangken karena tidak tahan cuaca. Atapnya sering bocor saat musim hujan.
0 Komentar

RAKYATCIREBON.ID -Rumah Adat Rangken ternyata masih ada di Desa Totoran, Kecamatan Pasekan, Kabupaten Indramayu. Bentuk dan materialnya sangat unik.

Namun, keberadaan Rumah Adat Rangken tidak sebanyak pada zamannya. Saat ini hanya tersisa dua rumah saja.

Rumah tradisional tersebut terbuat dari daun nipah berdinding bilik bambu dan beralas tanah. Sebagian besar dari keseluruhannya kini sudah dibedah menjadi rumah semi moderen dan rumah moderen.

Baca Juga:Wabup Kembali Sidak Stok Minyak GorengKonsumen Perumahan Terbantu Wujudkan Impian dengan Fasilitas KPR BTN

Menurut Masiyem (65), seorang warga di Blok Bonjot Desa Totoran, di lingkungan tempat tinggalnya hanya tersisa dua unit rumah Rangken tersebut.

“Mungkin yang masih asli itu tinggal dua, yang ini ditinggali Saniah dan yang sebelah sana ditinggali Kadinah,” kata Masiyem, Kamis (17/2).

Meski terlihat sederhana, isi dari rumah tersebut tidak berbeda jauh dengan rumah-rumah pada umumnya.

Di dalamnya terdapat lemari, tempat tidur, sofa, dan masih banyak lagi perabotan lainnya. “Kalau nyaman memang nyaman tinggal di rumah Rangken, adem kalau lagi siang,” ungkapnya.

Meski demikian, Masiyem tidak mengetahui secara pasti sejarah awal dari berdirinya rumah Rangken tersebut. Namun dipastikannya menjadi rumah khas di Kabupaten Indramayu, terutama warga yang berlokasi di Desa Totoran dan Desa Pabean Ilir.

Menurutnya hal itu masih berkaitan dengan sejarah dari desa setempat, yakni dulunya adalah hutan di wilayah pesisir yang banyak terdapat daun nipah.

Hutan itu pun kemudian dibabat untuk dijadikan sebuah pemukiman atau kampung. Daun nipah dari hutan itu lalu dimanfaatkan masyarakat guna membuat atap rumahnya. Sedangkan asal mula nama Rangken sendiri adalah sebutan dari daun nipah yang sudah dikeringkan lalu disusun rapih untuk atap rumah.

Baca Juga:Bupati Hadir, Wabup Mendadak BerhalanganPresiden Minta Semua Daerah Percepat Vaksinasi

Alasan rumah Rangken tersebut dibedah karena tidak tahan cuaca, atapnya sering bocor saat musim hujan. Sehingga harus rutin mengganti atap rumah dengan Rangken baru. Adapun kekuatan dari Rangken hanya mampu bertahan sekitar 1 tahun.

“Banyak dulunya di sini, semuanya rumah Rangken, tapi sekarang banyak yang dibedah rumahnya,” kata dia.

Senada disampaikan warga lainnya, Dasminih (50). Rumah Rangken yang masih tersisa salah satunya ditinggali oleh anaknya, Kardinah. Sudah sekitar dua tahun menempati rumah tersebut, akan tetapi satu bulan terakhir anaknya itu mengungsi ke rumah mertuanya.

0 Komentar