Rumah Rangken yang ditinggali anaknya itu sekarang sudah waktunya diganti atap. “Tapi anak saya lagi tidak punya uang. Jadi, pindah dulu ke rumah mertuanya. Barang-barang juga dibawa,” tuturnya.
Rumah Rangken yang masih tersisa itu berdiri di atas tanah desa. Warga menyewa rumahnya untuk tempat tinggal sebesar Rp50 ribu per tahun. Atas kondisi ini, Dasminih berharap pemerintah bisa membantu mengganti atapnya karena sekarang sudah memasuki musim penghujan.
Bantuan pemerintah tersebut, imbuhnya, menjadi bagian dari upaya dalam melestarikan Rumah Rangken yang jumlahnya kini hanya tersisa beberapa unit saja. “Rumah yang ditinggali anak saya ini masih asli, tapi sering bocor,” imbuhnya. (tar)