Solar Hilang di Cirebon, Pertamina Beri Warning Keras

Solar Hilang di Cirebon, Pertamina Beri Warning Keras
ANTRE. Kendaraan mayoritas bermesin diesel antre mendapatkan BBM solar di salah satu SPBU di Cirebon, Rabu (23/3). FOTO: SUWANDI/RAKYAT CIREBON
0 Komentar

Hal itu pernah terjadi SPBU 34-41105 di Kabupaten Purwakarta yang melakukan pelanggaran selama periode tanggal 2-15 Februari 2022 lalu. SPBU tersebut melakukan penjualan BBM Biosolar jenis BBM Tertentu (JBT) sebesar 38.235 liter kepada beberapa kendaraan yang sama secara terus-menerus, serta plat nomor polisinya tidak terdaftar di Samsat manapun.

Hal itu sesuai dengan kontrak perjanjian kerja sama antara pihak SPBU dan Pertamina bahwa tidak dibenarkan menjual BBM JBT Biosolar kepada kendaraan melebihi batasan jumlah yang ditetapkan dan lebih dari satu kali dalam sehari.

Adapun sanksi yang diberikan, antara lain berupa surat peringatan dan penghentian pasokan BBM Solar JBT selama 1 bulan, pemasangan spanduk SPBU dalam masa pembinaan, dan membayar selisih harga subsidi dengan non subsidi sebesar 38.235 liter.

Baca Juga:Dari Sidak Minyak Goreng Curah,  Petugas Temukan Alat MencurigakanWabup Prihatin IPM Kabupaten Cirebon ke-2 dari Bawah di Jawa Barat

“Pertamina akan memberikan sanksi yang lebih tegas lagi apabila selama masa pembinaan masih melakukan pelanggaran ketentuan yang telah ditetapkan,” ujar Eko.

Sebelumnya, kelangkaan solar juga terjadi di Kuningan. Para sopir dan pengusaha jasa angkutan resah. Karena berimbas terhambatnya aktivitas antar-jemput barang, baik komoditas pangan maupun barang lainnya.

Pantauan Rakyat Cirebon sepanjang hari Selasa (22/3) kemarin, sejumlah SPBU mendadak lengang. Tak ada aktivitas mengisi BBM dari kendaraan jenis truk dan sebagian jenis pickup. Di sisi lainnya tampak sebuah truk boks, terparkir. Ternyata sang sopir tidak kebagian solar. Dia pun pasrah dan siap menginap di SPBU dari pada melanjutkan perjalanan dan mogok.

Penderitaan para sopir ini juga disampaikan pengusaha Jasa Angkutan Kuningan Bayem Trans, Udin Kusnaedi. Ia turut prihatin dengan laporan karyawannya yang biasa bertugas antar jemput sayuran dari luar provinsi.

“Saya mendapat laporan dari pengemudi, sangat sulit mendapatkan solar. Kalau pun ada hanya dijatah 50 liter. Bagaimana kita beroperasi di lapangan? Kemarin ada sopir saya sampai menunggu lebih dari 1 hari untuk dapat solar. Sementara, jarak dari lokasi menuju Kuningan itu tidak cukup dengan solar 50 liter,” keluhnya.

Dia berharap pemerintah segera memberi perhatian, mencegah kelangkaan. Sebagian armadanya juga melayani angkutan bahan pangan dari luar Jawa.

0 Komentar