Ridwan Kamil melihat banyaknya lahan di Jawa Barat yang tidak berfungsi dengan baik. Setelah dicek, lahan-lahan tersebut dimiliki perusahaan-perusahaan besar. “Padahal tanah negara. Namun karena tidak dikelola, sehingga tumbuh rumput dan ilalang. Saya sebagai pemimpin melihat hal tesebut menjadi gelisah,” katanya.
Ridwan Kamil kemudian mengonsep sebuah program yang dapat mengembalikan anak muda dari kota ke desa. Kuncinya, pendapatan mereka di desa harus sepadan dengan pendapatan di kota. “Jika pendapatannya tidak setara kota, maka gagasan ini tidak akan berhasil,” ujarnya.
Sebanyak 1.429 petani yang lolos saat ini merupakan petani yang mampu bertahan selama kurun waktu 1 tahun sejak Program Petani Milenial digulirkan pada Maret 2021 lalu. “Selama satu tahun ini mereka mengalami pendapatan setara kota,” jelasnya.
Baca Juga:IAIN Cirebon dan Unisa Sepakat KolaborasiTuding Disperdagin Tak Becus Kerja
Ridwan Kamil juga menyebut pentingnya teknologi dalam pertanian saat ini. Dia optimistis, dengan penguasaan teknologi, kesejahteraan dari sektor pertanian bisa diraih. Petani-petani muda sudah pakai teknologi sehingga menyiram tanaman pun pakai hape. Jualannya sudah e-commerce.
“Makanya saya optimis dengan Petani Milenial, kesejahteraan akan bergeser. Tidak hanya didominasi oleh pekerjaan kota, tapi bisa bergeser di desa asal menguasai teknologi,” ungkapnya.
Kekurangan dari program Petani Milenial, misalnya gagal panen, akan terus dievaluasi. Hingga program Petani Milenial menjadi model yang sempurna. “Semua kekurangan kita evaluasi. Nanti ketemu lagi setiap tahun pasti ada perbaikan jadi model yang sangat sempurna,” ujarnya. (and)