CIREBON – Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon kembali menjadi sorotan. Kali ini, sekolah rusak menjadi pemicunya. Karena, bangunan SDN 1 Gunungsari Kecamatan Waled dibiarkan tidak mendapat perhatian. Padahal, kondisinya rusak parah dan hampir ambruk.
Kondisi sekolah rusak itu sudah terjadi selama lima tahun lamanya. Sangat membayakan bagi siapapun yang beraktivitas. Ratusan siswanya tidak bisa melangsungkan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di dalam kelas. Mereka terpaksa belajar di emperan.
Ada lima kelas yang terpaksa harus melangsungkan pembelajaran di emperan. Yakni kelas 2-5. Mereka khawatir, ketika memaksakan KBM di dalam ruangan, tembok-tembok ruangan kelas ambruk, karena sudah rapuh.
Dari jumlah ratusan murid yang ada di SDN 1 Gunungsari ini, hanya kelas 1 yang KBM-nya di dalam kelas. Sedangkan kelas 6 A, memanfaatkan ruang Posyandu dan kelas 6 B menggunakan ruang kelas madrasah milik desa yang berada dekat dengan SD tersebut.
“Miris sekali, karena dalam pemberitaan sudah kurun waktu lima tahun kondisinya hampir ambruk, dibiarkan begitu saja” kata Wakil Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Cirebon, Yoga Setiawan, Minggu 15 Januari 2023.
Yoga sendiri mengaku sempat mendapatkan informasi itu. Dulu. Sewaktu masih duduk di Komisi IV. Namun, sampai sekarang ternyata tidak ada penanganan dari Disdik Kabupaten Cirebon.
“Sekarang masih belum terselesaikan artinya ini menjadi tanggung jawab kepala disdik yang baru, Pak Ronianto,” kata Yoga.
Anehnya, Kadisdik sekarang ini lanjut Yoga, adalah mantan Kabid SD Disdik Kabupaten Cirebon. Harusnya, mengetahui persoalan yang harus ditangani dan diselesaikan sejak dulu. Jangan sampai dalam kurun waktu yang sangat lama, baru mencari solusi, dengan menurunkan tim.
Ia pun mempertanyakan kemarin-kemarin mana saja? Semenjak duduk di Kabid SD kemudian balik lagi ke disduk dan menjadi kadisdik. “Kan itu suatu permasalahan, harusnya dipilah mana yang menjadi persoalan di disdik,” kata Yoga.
Kaitan dengan pembangunan fisik, memang seadanya. Anggarannya dibagi-bagi ke SKPD lainnya. Tetapi, kata dia, sekali lagi kaitan dengan perencanaan ini harusnya matang, mana yang menjadi urgensi, mana yang tidak.
“Kalau kita melihat kurun waktu beberapa tahun kebelakang, saya pikir sekolah-sekolahan yang rehab berat maupun sedang ini masih belum bisa tertangani,” katanya.