Perubahan itu dibangun Portal Golkar, salah satunya menerapkan sistem proporsional terbuka kendati dalam realisasinya, tidak terlepas dari segala kelebihan dan kekurangan.
Tetapi dirinya merasa aneh, ketika ada parpol yang menyuarakan kembali ke pola lama dengan berbagai alasan yang sarat kepentingan.
“Nah, ini menjadi pertanyaan besar, sekarang tiba-tiba isu pemilu proporsional tertutup kembali digoreng ke permukaan? Ini ada agenda terselubung apa,” kata Wakil Ketua DPRD Kabupaten Majalengka ini.
Namun menurut Asep, masyarakat sekarang akan lebih cerdas memilah dan memilih melihat masalah ini. Apalagi Partai Golkar memiliki basis pemilih tradisonal yang militan, memiliki histori, nostalgia, dan semangat pantang mundur.
“Sistem pemilu proporsional tertutup bagi kami tak akan mengubah peta dan kesiapan proses pencalegan. Kami akan tetap semangat, karena kami hadir untuk memperjuangkan aspirasi rakyat,” jelasnya.
Senada dengan Nasdem dan Golkar, Ketua Umum DPD Partai PKS H Roni Setiawan mengakui jika sistem ini dilaksanakan ada kemungkinan besar caleg yang sudah daftar tidak bergairah.
“Jika caleg yang tidak memiliki nomor urut di atas ada kemungkinan tidak lagi bergairah dan mungkin bisa mengundurkan diri,” paparnya.
Menurut Roni, sistem proporsional terbuka saat ini masih menjadi sistem yang lebih baik. Selain demokratis juga menunjukkan representatif.
“Sistem ini jauh lebih baik daripada sistem tertutup, karena caleg akan turun gunung berlomba-lomba mencari dukungan dari rakyat dibanding sistem proposional tertutup,” paparnya. *