RAKCER.ID – Masyarakat pesisir Kota Cirebon, khususnya RW 09 Kesunean Selatan Kelurahan Kasepuhan memang di pinggiran kota. Berbatasan langsung dengan laut. Sering terjadi banjir rob saat musim angin barat tiba.
Kondisi itu tak membuat masyarakat pesisir Kota Cirebon tersebut frustrasi dalam berkreativitas. Meski hidup dalam bayang-bayang bencana, warga RW 09 Kesunean Selatan mampu menciptakan inovasi.
Di pemukiman padat penduduk itu, masyarakat pesisir Kota Cirebon, RW 09 Kesunean Selatan mampu menyulap sampah jadi barang bernilai. Ada rumah khusus jompo hasil swadaya serta hutan mangrove yang dijaga secara sukarela penduduk setempat.
Baca Juga:OJK Punya 16 Pimpinan Satker Baru, Makin Ganas Awasi Industri Keuangan Sulitnya Berantas Pinjol Ilegal, Bukti Masyarakat Rendah Literasi Perbankan
Ketua RW 09 Kesunean Selatan, Pepep Nurhadi menjelaskan, warga sudah bosan hidup dalam suasana kekumuhan. Selalu mendapat stigma negatif sebagai masyarakat pesisir, kriminalitas dan minuman keras.
Guna mengubah stigma itu, pengurus RW dengan kader PKK bahu membahu berbenah kampung. Mulai membentuk bank sampah dan mengolahnya. Sampah organik jadi pupuk. Yang unorganik jadi kerajinan.
“Produknya banyak sekali. Ada kerajinan, tas, dan tempat tisu. Ada miniatur mobil dan pesawat. Kita bisa produksi dari sampah unorganik itu,” kata Pepep.
Produk dari sampah unorganik hasil karya warga RW 09 Kesunean Selatan dibeli untuk beragam keperluan. Terutama oleh instansi pemerintah untuk kampanya go green.
Sedangkan sampah organik diproduksi sesuai permintaan. Sebab, karena padatnya pemukiman RW 09 Kesunean Selatan hampir tak ada lahan yang dapat dicocoktanam oleh pengurus RW.
Fakta menarik lainnya, RW 09 Kesunean Selatan juga punya rumah jompo. Mayoritas warga kampung hidup dengan ekonomi pas-pasan. Tak heran ada saja warga yang tak punya tempat tinggal tetap.
Atas dasar itu, pengurus RW berinisiatif mendirikan rumah jompo. Ada 8 petak kamar berukuran 2 x 3 meter yang bisa dimanfaatkan bagi warga kampung yang tidak punya tempat tinggal yang layak secara gratis.
Baca Juga:Dalang Cirebon Siap Tampilkan Wayang di TikTok, Sepi Panggilan Manggung?Peluang Bisnis Dapat Cuan Jutaan Dolar Jadi Eksportir ke Mesir, Catat Jenis Produk yang Dibutuhkan
“Kami berinisiatif. Dari pada mereka tinggal di kolong jembatan. Lebih baik tinggal di rumah jompo. Mereka profesinya pengemis, pengamen yang nggak punya keluarga,” jelas dia.
Pepep menjelaskan, seluruh biaya perawatan, listrik dan air ditanggung kas RW dan donatur perorangan maupun lembaga amal. “Kita beri mereka tempat tinggal yang layak karena warga kami juga,” jelasnya.