Dia menerangkan, wisata alam Gunung Ciremai masih bisa dilakukan tetapi bukan sebagai branding Kabupaten Kuningan yang menjadi ikon untuk mendatangkan peningkatan ekonomi.
“Selanjutnya, pariwisata berbasis spiritual (wisata religi) Kuningan kalah oleh Cirebon ada Gunung Jati,” ujarnya.
Terakhir, pariwisata berbasis seni kreatif, kekuatannya ada pada manusianya, orisinal ide inovasi tetapi harus ada dasar, maka lima ukuran harus dipakai.
Terdiri dari, akar sejarahnya, mudah dipublikasi, memasyarakat, investasi murah, pasar internasional sudah terbentuk.
“Jika syarat ini sudah ada di Kuningan maka seni kreatifnya bisa dilakukan. Setelah saya mencari data ternyata pencipta tangga nada pada alat seni angklung semula pentatonis (tradisional) menjadi diatonis (modern) berasal dari wilayah Citangtu Kabupaten Kuningan,” katanya.
Lebih lanjut Yanuar mengatakan, seni musik angklung diatonis sejak diperkenalkan ketika HUT Perundingan Linggajati, sudah bisa mendunia.
“Jika di Kabupaten Kuningan bisa menyelenggarakan festival angklung internasional setahun dua kali maka akan mendatangkan uang dari luar, mulai dari hotel, restoran, pengrajin bambu dan lainnya sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi,” pungkasnya. (ale)