RAKCER.ID – Dalam beberapa dekade terakhir, isu-isu mengenai tanda kiamat kian ramai diperbincangkan. Dari interaksi dunia nyata, hingga merambat ke sosial media.
Seakan seluruh umat manusia tidak ingin ketinggalan membahas peristiwa yang sangat dasyat itu. Saking antusiasnya, hampir semua aspek dalam kehidupan ini dikaitkan dengan tanda kiamat.
Yang lebih mengejutkan, untuk memprediksi kapan peristiwa besar itu akan terjadi, pada tahun 1947, beberapa ilmuan termasuk Albert Einstein merancang penghitung waktu mundur yang bernama Doomsday clock atau jam kiamat.
Menurut lembaga Bulletin of the Atomic Scientists jam tersebut merupakan symbol yang merepresentasikan sedekat apa kehancuran bumi akibat ulah manusia.
Selain itu, Doomsday clock juga bertujuan untuk mengingatkan manusia agar tidak melakukan hal-hal yang menghancurkan bumi.
Terlepas dari niat baik para ilmuan membuat alat tersebut, dalam Islam sendiri Allah sudah banyak memberikan peringatan kepada para hambaNya agar senantiasa mempersiapkan diri untuk menghadapi peristiwa hari akhir atau kiamat.
Bagaimana tidak, baik kematian maupun kiamat merupakan sebuah ketetapan yang tak pernah diketahui waktu kejadiannya.
Dalam buku Ensiklopedia Kiamat karya Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar dituliskan “Kehidupan akhirat merupakan hal gaib, tirainya tidak bisa disingkap setajam apapun akal seseorang, dan sebening apapun hatinya”.
Namun pengetahuan soal itu hanya bisa diperoleh dari informasi Allah dan RasulNya.
Pernyataan tersebut disandarkan pada firman Allah Subhanahu Wata’ala di dalam Al-Quran: “…Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya.
Katakanlah Muhammad! Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu ada di sisi Allah tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya”. (QS. Al-A’raf: 187).
Ironisnya, sejak dulu hingga sekarang, masih saja ada manusia yang menolak serta tidak percaya akan firman-firman Allah maupun penjelasan para ulama tentang tanda kiamat.
Padahal hal demikian itu menjadi pembeda antara manusia itu beriman atau tidak, Allah Subhanahu Wata’ala berfirman: “Kitab Al-quran itu tidak ada keraguan di dalamnya. Petunjuk bagi mereka yang bertakwa. Yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib”. (QS. Al-Baqarah: 2-3).
Dari firman Allah dalam alquran tersebut, sudah jelas bagi kita sebagai umat muslim bahwa menjadi hamba yang bertakwa, hal-hal ghaib hanya cukup untuk diimani saja, bukan untuk dikomentari ataupun sampai mendahului ketetapan Allah Subhanahu Wata’ala.