Dalam catatan Belanda tahun 1923 juga, sambung Naro, sudah menyebut nama Golok Tjigasong yang memang saat itu sudah terkenal akan ketangguhan golok Cigasong.
Konon MILSCO, sebuah perusahaan pembuat kelewang tentara KNIL pernah memesan ribuan kelewang dari panday Cigasong sekitar tahun 1900-an.
“Nah berdasarkan keterangan dan catatan Belanda ini nama Cigasong sudah ada sebelum tahun 1900-an. Bahkan sejak tahun 1700-an ketika zaman Mpu Yogaweswa atau Buyut Panday,” jelas dia.
Baca Juga:Daffa Fasya Sumawijaya, Kiper Timnas U-20 asal Majalengka Pernah Belajar di MTs DU PUIPerangkat Desa Majalengka Segera Terima Siltap, Bupati: Uangnya Baru Diterima Kamis Sore
Selain terkenal akan Mpu Yogaweswa, Naro menambahkan Cigasong juga identik dengan tokoh-tokoh para Dalem Tumenggung dan Bupati Sindangkasih.
Para Tumenggung Ini adalah para putra dari Mpu Yogaweswa atau Eyang Surawinata. Salah seorang Tumenggung atau Bupati Sindangkasih tahun 1806 adalah Tumenggung Jagaweswa, yang mana yang bersangkutan memilih bergabung dengan Ki Bagus Rangin melawan penjajah.
Adapun Tumenggung Jagaweswa adalah Bupati Sindangkasih yang kebetulan kediamannya berada di Cigasong. Saat itu Sindangkasih masih berbentuk distrik bagian dari Prefektur Cirebon, sebelum digabung dengan Distrik Rajagaluh dan Talaga menjadi Kabupaten Madja 1819.
“Saat itu, nasib tragis menimpa Bupati Sindangkasih Tumenggung Jagaweswa ini, beliau menjadi pejuang bersama Ki Bagus Rangin namun kemudian tertangkap dan dieksekusi di Cimanuk,” terang Naro.
“
Beliau dipenggal jasadnya dipisah bagian kepala dilabuhkan ke Cimanuk kemudian dimakamkan oleh penduduk di pinggir Cimanuk dan dikenal dengan sebutan Buyut Hujung, lalu badannya dimakamkan di Kawung Poek Simpeureum, masih wilayah Kecamatan Cigasong,” katanya. (hsn)