Sampai salah satu tokoh masyarakat setempat mendapatkan informasi melalui mimpi bahwa di kawasan yang sekarang didirikan Musholah Daarun Najjah terdapat dua makam penyebar agama Islam di Cirebon. Peristiwa mimpi itu terjadi di tahun 1960 M.
Setelah ditelusuri, benar. Ada dua makam kuno tertutup rimbunnya semak belukar dan gundukan tanah. Setelah dibersihkan, baru diketahui pada nisan yang tertancap di dua makam itu tertulis nama masing-masing Ki Bagus Sufiyah dan Ki Bagus Sumiyah dalam huruf Arab.
Hingga saat itu, warga mulai menyadari ada jejak dua mubaligh asal Kesultanan Banten di desa mereka. Area makam pun dibersihkan kemudian secara rutin digelar haul untuk menghormati dan melestarikan spirit dakwah Ki Bagus Sufiyah dan Ki Bagus Sumiyah.
Baca Juga:Ramadhan Masuk Musim Kemarau, AIO Store Kebanjiran Pesanan ACSempat Mati Suri, Industri Wedding Organizer di Cirebon Bergairah Lagi
Hingga kini Musholah Daarun Najjah telah berhasil mencetak para mubaligh yang memiliki pemahaman agama Islam yang baik. “Hikmahnya adalah bahwa musholah ini tidak kalah dengan pesantren. Banyak santri di sini yang menjadi mubaligh,” kata Didin.
Mengetahui adanya geliat masyarakat dalam dakwah Islam, Sultan Aloeda II Raharjo Djali melalui Penasehat Kesultanan, Pangeran Oman Sumantri menyampaikan dukungannya terhadap kegiatan haul Ki Bagus Sufiyah dan Ki Bagus Sumiyah.
Menurut Oman, spirit dakwah harus tetap digaungkan. Sebagaimana wejangan Sunan Gunungjati ‘Ingsun Titip Tajug lan Fakir Miskin’. Artinya, sekecil apapun, dakwah Islam harus dilakukan dan didukung. “Kami menyambut baik haul Ki Bagus Sufiyah dan Ki Bagus Sumiyah ini,” jelas Oman.
Ke depan, pihaknya bakal membantu dalam pelaksanaan haul agar gaung dan manfaatnya lebih dirasakan masyarakat luas. (*)