RAKCER.ID – apakah kalian merasa familiar dengan tokoh feminis yang satu ini? Marry Wollstonecraft merupaakan tokoh feminis liberal yang telah berhasil menuangkan kegelisahannya pada suatu buku karyanya yang berjudul A vindication of the rights of woman.
Pada buku yang ia tulis, marry Wollstonecraft menuliskan kegelisahannya mengenai hak hak perempuan yang dirampas untuk bisa bekerja di luar rumah, sehingga perempuan mengalami kondisi stagnan dan tidak bisa mengembangkan potensi dirinya.
Untuk mengetahui biografi dari marry wollstonecraft, yuk simak artikel ini hingga akhir yah.
Marry Wollstonecraft adalah penulis pilsuf dan feminis yang berasal dari Spitalfields, London Britania Raya Inggris pada abad ke – 18, marry merupakan anak ke 2 dari 7 bersaudara yang lahir dari pasangan suami istri Elizabeth Dixon dan Edward John Wollstonecraft.
Baca Juga:Wajib Tahu! 3 Cara Menghilangkan Jerawat PasirWajib Tahu 3 Jenis Jerawat dan Cara Penanganannya
Dalam catatan yang ada marry pernah menikah dengan Gilbert Imlay dan Wiliam Godwi;n, yang mana dari hasil pernikahannya marry melahirkan 2 orang anak yaitu mary shelley dan fanny imlay. Selama karir singkatnya marry menulis beberapa novel, cerita perjalanan, dan beberapa revolusi prancis serta buku anak anak.
Marry Wollstonecraft terkenal dengan karya tulisannya yang berjudul A vindication of the rights of woman pada tahun 1792. Pada buku tersebut ia menulis banyak hal mengenai cara pandangnya bahwa wanita secara alami tidak lebih rendah daripada laki laki.
Akan tetapi seolah olah terlihat lebih rendah dari laki laki seolah olah hanya karena mereka tidak mendapat pendidikan yang seperti para laki laki dapatkan, dalam tulisannya ia mengusulkan bahwa perempuan dan laki laki dianggap setara.
Dalam tulisannya yang sangat popuker yakni buku A vindication of the rights of woman marry sangat jelas menggambarkan prihal kebenciannya terhadap orang orang yang menilai bahwa sorang perempuan tak lebih hanyalah songgok perhiasan rumah tangga yang tidak memiliki daya apapun.
Marry menyatakan bahwa kekerasan rumah tangga di lingkungan social dan adanya ketidak berdayaan akan mampu menyebabkan para perempuan menderita dan frustasi sehingga membuat mereka mampu dengan mudahnya menganiaya anak anak dan pembantu pembantunya.