RAKCER.ID – Kisah perjuangan seorang guru bangsa yang menjadi ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pertama, Buya Hamka (H Abdul Malik Karim Amrullah), diangkat dalam sebuah film dan mulai rilis saat Lebaran 2023 lalu.
Penggalan-penggalan kisah perjuangan Buya Hamka digambarkan dalam film tersebut. Meskipun terbatas, dan tentu tidak merepresentasikan kisah secara menyeluruh.
Namun setidaknya, banyak kisah-kisah perjuangan Buya Hamka yang bisa kita teladani dari cerita yang digambarkan dalam film yang dibagi ke dalam tiga sesi tersebut.
Baca Juga:Partai Demokrat Isi Penuh Daftar Bacaleg, Optimis Tembus 15 Persen Suara NasionalUsai Daftarkan Bacaleg, Gerindra Kota Cirebon Fokus Urus PAW Affiati
Usai menghadiri acara di Yayasan Siti Chodidjah Cirebon, Kesambi, Senin (15/5/2023) , salah satu putra Buya Hamka, Buya Afif Hamka berkenan diwawancarai, dan bersedia menceritakan sepenggal kisah kehidupan ayahandanya. Yang tidak semuanya digambarkan dalam film yang digarap Sutradara Fajar Bustomi tersebut.
Diceritakan Buya Afif, sebagai putra, ia bangga karena kisah hidup dan perjuangan Buya Hamka sebagai ayahandanya, bisa menjadi inspirasi banyak orang. Sampai ditampilkan secara visual dalam bentuk film.
“Saya bangga, karena beliau menjadi guru bangsa. Kita bersyukur, di antara jutaan rakyat Indonesia, Allah mengirimkan seorang tokoh bernama Hamka,” tuturnya.
“Dengan beredarnya film itu, kita bersyukur, bahwa tokoh itu menjadi teladan bagi jutaan bangsa Indonesia. Terutama bagaimana ia berjuang. Kan saat ini baru satu, ada dua seri lagi,” ungkap Buya Afif.
Dalam kesempatan tersebut, Buya Afif juga menceritakan beberapa kisah yang tidak semuanya digambarkan dalam film produksi Falcon Pictures tersebut.
Di antaranya, Buya Afif menceritakan hubungan antara Buya Hamka, dengan dua musuh politiknya kala itu. Sampai-sampai, meminjam bahasa Buya Afif, Buya Hamka dizalimi oleh lawan politiknya.
“Bahkan, Beliau mengajarkan kepada kita bangsa Indonesia, dia itu hubungannya dengan Soekarno misalnya, bagaimana seorang Soekarno, yang dipuja oleh seluruh bangsa Indonesia, menzalimi dia. Menzalimi Hamka, menzalimi kami sekeluarga,” paparnya.
Baca Juga:Partai Ummat Kota Cirebon Hanya Daftarkan 24 Bacaleg, Kekurangan Kader? Ternyata Ini AlasannyaBacaleg Partai Gelora Kota Cirebon Didominasi Talenta Muda, Siap Lahirkan Pemimpin Baru
“Saya merasakan betul bagaimana kami dizalimi Soekarno. Bagaimana Buya Hamka dijebloskan ke penjara gara-gara berbeda pemikiran politik,” lanjutnya.
“Kalau anda tahu, majalah yang diterbitkan Buya Hamka, dilarang, dibredel. Buku-bukunya dilarang. Itu kan nafkah kami sekeluarga,” sambungnya.