Namun tentunya hal itu bukan merupakan halangan, melainkan menjadi tantangan bagi pihaknya untuk bisa survive bahkan semakin maju.
Banyaknya risiko kegagalan menjadi tantangan yang justru semakin menguatkan dirinya untuk tetap bertahan dan maju dengan usahanya.
“Kalau masalah resiko gagal panen atau harga jual yang turun hingga kualitas panen yang kurang, sudah menjadi hal biasa bagi petani. Namun kita tetap harus optimis, sebab jika kita pesimis maka jangan berharap bisa berhasil. Alhamdulillah hal ini bisa kami buktikan dengan bertahan sampai sekarang ini,” tuturnya.
Baca Juga:Pasokan Air ke Sawah Tidak Lancar, Bupati Kirim Alat BeratGali Bakat Seni Pelajar Lewat Festival, Generasi Muda Harus Berkiprah di Tingkat Nasional
Saat disinggung soal permintaan pasar dan berapa produksi yang berhasil dipanen kelompoknya di lahan sekitar 1 hektare saat ini, Idik mengaku dirinya bisa menghasilkan jahe sekitar 50 sampai dengan 70 ton.
Untuk memenuhi tingginya permintaan pesanan, biasanya dia juga mengambil hasil produksi jahe dari kelompok tani lain yang ada di sekitar desanya yang jika ditotal bisa mencapai ratusan ton.
Permintaan pasar yang paling tinggi untuk rempah jahe tersebut saat ini adalah ke timur tengah dan negara asia lainya, seperti India, Pakistan, Bangladesh dan lainya. “Eropa juga ada, namun saat ini yang paling tinggi ke Pakistan,” pungkasnya. (pai)