Garis Imajiner Yogyakarta, Makna Filosofis dalam Budaya dan Sejarah

Yogyakarta
Tugu Jogja, salah satu tempat yang dilalui garis imajiner. Foto: Pinterest/rakcer.id
0 Komentar

YOGYAKARTA, RAKCER.ID – Yogyakarta sebuah kota istimewa di Indonesia, menyimpan banyak rahasia budaya dan sejarah yang menarik untuk diungkap.

Salah satu elemen unik yang menjadi simbol penting dalam budaya dan sejarah Yogyakarta adalah Garis Imajiner Yogyakarta, sebuah garis imajiner yang membentang dari utara ke selatan di Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.

Meskipun bersifat khayal atau imajinatif, garis ini memiliki makna filosofis yang mendalam bagi masyarakat setempat.

Baca Juga:Kandang Menjangan: Menelusuri Kisah Misteri dan Sejarah Bangunan Bersejarah di YogyakartaWisata Jakarta: Faunaland Ancol, Destinasi Seru untuk Seluruh Keluarga 2023

Makna Garis Imajiner Yogyakarta

Secara simbolis filosofis, poros imajiner ini melambangkan keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Tuhan (Hablun min Allah), manusia dengan sesamanya (Hablun min Annas), maupun manusia dengan alam.

Termasuk lima elemen pembentuknya, yaitu api (dahana) dari Gunung Merapi, tanah (bantala) dari bumi Ngayogyakarta, air (tirta) dari Laut Selatan, angin (maruta), dan akasa (ether).

Konsep ini juga mencakup tiga unsur yang membentuk kehidupan manusia, yaitu fisik, tenaga, dan jiwa.

Sri Sultan Hamengku Buwana, yang juga dikenal dengan gelar Sayidin Panatagama Kalifatullah, kemudian mengubah konsep filosofi poros imajiner ini dari sudut pandang Hinduistis menjadi konsep filosofi Islam Jawa yang dikenal sebagai “Hamêmayu Hayuning Bawana” dan “Manunggaling Kawula lan Gusti”.

“Hamêmayu Hayuning Bawana” mengandung makna bahwa kehidupan manusia harus selaras dan seimbang dengan seluruh alam semesta, baik dengan sesama manusia maupun dengan Tuhan.

Konsep ini menekankan pentingnya menjaga keselarasan dan harmoni dalam interaksi manusia dengan alam dan makhluk hidup lainnya. Sementara itu, “Manunggaling Kawula lan Gusti” berarti kesatuan antara hamba (manusia) dengan Tuhan.

Konsep ini menekankan bahwa manusia harus menyadari ketergantungannya kepada Tuhan dan selalu berserah diri pada kehendak-Nya.

Baca Juga:Bogor Punya! Kota Obat Hati dan Pikiran dengan Berwisata Edukasi di Taman Matahari 2023Bandung: Orchid Forest Cikole Lembang, Wisata Alam Murah yang Menghadirkan Keindahan Anggrek

Perubahan konsep filosofi ini menunjukkan bagaimana pemahaman dan pandangan kehidupan dapat bertransformasi seiring dengan perubahan zaman dan nilai-nilai budaya yang berkembang.

Hal ini juga mencerminkan fleksibilitas dan kearifan dalam menerapkan ajaran agama dan budaya lokal untuk mencapai keselarasan dan keseimbangan dalam kehidupan manusia.

Konsep filosofi poros imajiner ini menjadi salah satu bagian penting dari warisan budaya dan sejarah Yogyakarta, mencerminkan kearifan lokal yang telah turun-temurun diwariskan dari generasi ke generasi.

0 Komentar