CIREBON, RAKCER.ID – Kemarau ditahun 2023, lebih kering dibandingkan 3 tahun lalu. Hal ini terjadi karena adanya fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) yang terjadi di samudra.
Itu disampaikan Plt Kepala Stasiun Meteorologi Kertajati Majalengka, Ahmad Faa Iziyn SP MP. Menurutnya fenomena ini berpotensi mengganggu ketahanan pangan nasional. Karena adanya ancaman gagal panen pada lahan pertanian tadah hujan.
“Berdasarkan pengamatan yang dilakukan BMKG, indeks El Nino pada Juli ini mencapai level moderate, sementara IOD sudah memasuki level index yang positif,” katanya.
Baca Juga:Penyebab Banjir Segera DiperbaikiPanji Gumilang Ditahan, Ridwan Kamil Pastikan Pesantren Al Zaytun Tak Dibubarkan
Fenomena El Nino dan IOD Positif saling menguatkan, sehingga membuat musim kemarau 2023 menjadi lebih kering dan curah hujan pada kategori rendah hingga sangat rendah.
Puncak kemarau kering 2023 diprediksi akan terjadi pada Agustus hingga awal September. “Tentu dengan kondisi akan jauh lebih kering dibandingkan tahun 2020, 2021, dan 2022,” ungkapnya.
Sepanjang musim kemarau ini, sektor pertanian akan dapat terdampak. Terutama lahan pertanian tadah hujan yang masih menggunakan sistem pertanian tradisional.
Selain itu, kondisi kekeringan ini juga dapat berujung kepada bencana kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Menurutnya jika tidak terkendali dapat menimbulkan krisis kabut asap yang berdampak pada kualitas lingkungan, ekonomi, sosial, hingga kesehatan masyarakat.
Untuk mengurangi dampak tersebut, ia pun meminta masyarakat ikut berkontribusi. Mulai dari menghemat penggunaan air dalam aktivitas sehari-hari, serta menampung hujan yang masih mungkin turun sebagai cadangan air. “Yuk lebih bijak menggunakan air,” imbuhnya.
Kendati demikian, kondisi elnino ini pun tetap memberikan dampak positif. Khususnya bagi kalangan nelayan dan petani garam. “Potensi panen garam meningkat. Potensi tangkapan ikan pun juga meningkat. Dan Cirebon memiliki potensi di kedua sektor tersebut,” tuturnya.
Kabid Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kab Cirebon, Hj Samsina menjelaskan sejauh ini dampak dari elnino sudah mulai terasa. Ketersediaan air berkurang. Dibeberapa wilayah kondisi pesawahan para petani mulai mengering dan ancaman gagal panen nyata terlihat didepan mata.
Baca Juga:Ketahanan Ekonomi Daerah Perlu Support Semua PihakKader Di Daerah Solid Dukung Gus Muhaemin, Waswin: Kami Tak Lupa Memenangkan Pilpres
Beruntungnya, mayoritas tanaman padi petani sudah cukup umur, sehingga masih bisa dipanen meskipun belum optimal usianya. “Ya mau tidak mau, petani harus mempercepat waktu panen. Menghindari kekeringan. Kalau dibiarkan, bisa diserang hama,” pungkasnya. (zen)