Namun, menyadari kelemahan beberapa federasi tersebut, terbentuklah Persatuan Kepanduan Indonesia (PERKINDO).
Upaya ini masih dihadapkan pada tantangan kurangnya kesatuan di antara anggota yang bergabung dalam PERKINDO.
Pada tahun 1960, pemerintah dan MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara) berupaya untuk membenahi organisasi kepanduan di Indonesia.
Baca Juga:Prediksi Spanyol vs Swedia di Semifinal Piala Dunia Wanita 2023: Siapa yang Lanjut ke Final Piala Dunia Wanita 2023?Rekomendasi Model Gapura dari Bambu untuk Hias Kampungmu Saat 17 Agustus!
Sebagai langkah lebih lanjut, pada tanggal 9 Maret 1961, Presiden Soekarno mengumpulkan tokoh-tokoh dari gerakan kepanduan Indonesia.
Dalam kesempatan ini, Presiden mengutarakan perlunya peremajaan organisasi kepanduan yang ada, mengganti aktivitas pendidikan, dan menggabungkan seluruh organisasi kepanduan menjadi satu dengan nama Pramuka.
Tak hanya itu, pada tanggal 23 Mei 1961, Persaudaraan Antar Pandu Indonesia (PAPI) yang beranggotakan INPO, SIAP, NATIPIJ, dan PPS menyatakan bergabung dengan Gerakan Pramuka.
Pada tanggal 14 Agustus 1961, diadakan Majelis Pimpinan Nasional (MAPINAS) di Istora Senayan yang dipimpin oleh Presiden Soekarno, Sultan Hamengkubuwono XI sebagai wakil ketua I, dan Brigjen TNI Dr. A. Azis Saleh sebagai wakil ketua II.
Dalam acara tersebut, Presiden Soekarno menyerahkan panji-panji Pramuka kepada tokoh-tokoh Pramuka.
Penyerahan ini disaksikan oleh ribuan anggota Pramuka dengan tujuan memperkenalkan gerakan Pramuka kepada masyarakat.
Dengan demikian, peristiwa ini menjadi cikal bakal sejarah Pramuka yang hingga saat ini terus diperingati sebagai Hari Pramuka Nasional.
Temukan berita dan artikel menarik lainnya di Google News.