Setelah diusir dari perjalanan, ia bertemu dengan Sunan Bonang yang mengenakan jubah putih. Lalau Raden Sahid terpilih sebagai murid lalu dipaksa berdiri di depan sungai dengan tongkatnya selama berbulan-bulan, hingga seluruh tubuhnya tertutup lumut. Oleh karena itu, Raden Sahid diberi nama Sunan Kalijaga.
Sunan Kalijaga menggunakan wayang, sastra, dan bentuk seni lainnya untuk menyebarkan Islam. Pendekatan artistik digunakan oleh para penyebar Islam seperti Walisongo untuk menarik perhatian di kalangan mereka sendiri, bahkan mereka tertarik pada ajaran Islam tanpa menyadarinya, karena awalnya mereka terpesona dengan media seni tersebut.
Sunan Kalijaga misalnya, seorang seniman wayang. Ia tidak pernah mengajak penonton untuk mengucapkan syahadat bersamanya. Beberapa wayang masih diambil dari legenda Mahabarata dan Ramayana, namun ajaran agama dan nama pahlawan Islam telah ditambahkan ke dalam cerita.
Baca Juga:Intip Spesifikasi serta Fitur Fitur yang Dimiliki Realme 11XInilah Daya Tarik yang Dimiliki Oppo A38, serta Dibekali Penyimpanan Hingga 1TB
7. Sunan Kudus (Ja’far Sadiq)
Sunan Kudus menyebarkan Islam ke seluruh wilayah Kudus dan sekitarnya. Ia mengkhususkan diri dalam bidang agama, khususnya di bidang hukum, tauhid, hadis, tafsir, dan logika.
Alhasil, beliau menjadi satu-satunya walisongo yang mendapat julukan wali al-‘ilm (wali ilmu yang luas), dan karena kedalaman ilmunya, beliau banyak didatangi para santri hikmah dari seluruh penjuru nusantara.
Menurut legenda, Sunan Kudus belajar di Baitul Maqdis di Palestina dan berperan penting dalam memberantas penyakit yang merenggut banyak nyawa warga Palestina.
Pemerintah Palestina menganugerahinya ijazah daerah (penguasa daerah) di Palestina atas jasa-jasanya, namun Sunan Kudus meminta agar penghargaan tersebut direlokasi ke Jawa, dan diizinkan oleh Amir (penguasa setempat).
Pada tahun 1549, sekembalinya ke Jawa, ia mendirikan sebuah masjid di daerah Loran, menamakannya Masjid Al-Aqsa atau Al-Manar (Masjid Menara Kudus), dan mengganti nama daerah sekitarnya menjadi Kudus, sesuai nama sebuah kota di Palestina, al-Quds.
Sunan Kudus banyak mengarang cerita religi dalam rangka menjalankan dakwahnya dengan pendekatan budaya. Gending Makumambang dan Mijil adalah dua di antaranya yang paling terkenal.
Sunan Kudus berdakwah dengan cara sebagai berikut:
- Strategi jalan untuk mendekati perkembangan zaman
- Melepaskan tradisi yang sulit diubah
- Menghindari konfrontasi secara langsung dalam menyiarkan agama islam.
- Tut Wuri Handayani
- Suku cadang bea cukai yang tidak pas dapat segera ditukar.
- Meranglkul masyarakat Hindu, seperti melarang penyembelihan sapi, karena sapi merupakan hewan yang dihormati dan disucikan dalam agama Hindu.
- Sunan Kudus terus membuat tempat wudhu dengan delapan air mancur setelah masjid, merangkul umat Buddha. Di atas air mancur terdapat patung kepala Kebo Gumarang. Hal ini sesuai dengan ajaran Buddha yang dikenal dengan “jalan beruas delapan atau asta sunghika marga”.
- Mitoni, selamat. Pembacaan riwayat Nabi biasanya dilakukan sebelum perayaan.