CIREBON,RAKCER.ID – Petuah Jawa Sunan kali Jaga yang mnarik untuk di bahas karena penuh makna untuk kehidupan, Bagi masyarakat muslim, tentu tidak asing dengan tokoh Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga merupakan salah satu walisongo yang terkenal di Pulau Jawa.
Status walisongo ini diberikan pada sembilan orang yang telah mencapai tingkat wali untuk mengenalkan dan menyebarkan ajaran agama Islam pada masyarakat Indonesia.
Sunan Kalijaga termasuk wali yang memiliki metode unik dalam upaya menyebarkan ajaran islam.
Baca Juga:Peran Wali Songo dalam Penyebaran Islam di NusantaraKisah Sunan Gunung Jati, Ahli Pendidikan dan Strategi Perang yang Berdakwah Lewat Jalur Politik
Dalam hal ini, Sunan Kalijaga menggunakan seni sebagai media untuk menyalurkan dakwah. Mulai dari seni ukir seperti wayang, seni musik berupa gamelan, dan seni suara suluk yang beberapa di antaranya sangat populer seperti Ilir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul.
Simak Ulasan lengkap Tentang 10 Petuah Jawa Sunan kali Jaga
Sunan Kalijaga Adalah Wali Songo Yang Terkenal Aktif Berdakwah Melalui Kesenian, Bukan hanya itu, dalam upaya dakwahnya, Sunan Kalijaga juga terkenal dengan beberapa petuah Jawa.
Beberapa petuah Jawa Sunan Kalijaga ini terkenal dengan kata-kata berima yang unik dan indah. Lebih dari itu, kata-kata petuah Sunan Kalijaga ini penuh makna dan kebijaksanaan.
Tak heran, jika petuah Jawa Sunan Kalijaga ini sering diingat dan dijadikan moto hidup. Meskipun menggunakan Bahasa Jawa, namun petuah Sunan Kalijaga ini dapat dipelajari oleh seluruh masyarakat Indonesia karena memiliki makna mendalam yang mengajarkan berbagai nilai-nilai kehidupan.
“Urip iku urup.” (Hidup itu menyala)
Artinya: Hidup itu seharusnya menyala yaitu dapat memberikan manfaat pada orang lain. Dengan memberikan manfaat, artinya Anda membagi kebaikan kepada sesama. Pada akhirnya, berbuat baik dan berbagi manfaat kepada sesama akan mendatangkan kebaikan pula pada diri sendiri.
“Memayu hayuning bawono. Ambrasto dur hangkoro.”
Artinya: Selama hidup, manusia harus berusaha untuk mendapatkan keselamatan, kebahagiaan, dan kesejahteraan. Bukan hanya itu, manusia juga harus berusaha untuk menghilangkan sifat angkara murka, serakah, dan tamak. Jika tidak, sifat-sifat ini hanya akan membawa kerugian pada manusia.
“Suro diyo joyo jayaningrat, lebur dening pangastuti.”