Geliat Ekonomi Mulai Terasa, Pengrajin Banjir Orderan
Pasca pandemi, geliat ekonomi mulai bergairah. Pengrajin seperti Daryati, kini mulai dibanjiri orderan.
“Dulu saat pandemi, dampaknya angat terasa. Orderan sepi, pekerjaan tak menentu. Apalagi saat itu, baru ditinggal suami pula. Sekarang, setiap minggunya ada saja barang yang datang untuk dikerjakan,” katanya.
Artinya aktivitas yang sempat mandeg saat pandemi itu, sudah normal kembali. Daryati pun bisa mencari penghasilan tambahan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. “Tambahannya ya selain bikin kursi, bisa juga membuat keranjang rotan,” katanya.
Baca Juga:Baliho Caleg Bertebaran di Pepohonan, Bawaslu Beri Penjelasan2 Komisioner KPU Kabupaten Cirebon, Naik Kelas ke KPU Jabar
“Per keranjang yang dihasilkan dihargai 8 ribu rupiah oleh pengepul. Lumayan bisa diambil per minggu uangnya bisa sampai Rp300 ribu,” ungkapnya.
Ia menceritakan, industri kerajinan rotan sempat vacum selama pandemi. Dampak itu dirasakan dari segi penghasilan. Ia tidak mengetahui persis apa penyebabnya. Bisa jadi karena jarang pembeli.
“Padahal sebenarnya kalau untuk furniture, pasarnya bukan pasar lokal. Anehnya sepi job saat itu,” katanya.
Kini, industri rotan telah pulih. Meski belum kembali ke masa jayanya, setidaknya, janda seperti Daryati yang menaruh harapan dengan rotan sudah tidak lagi kesulitan mencari pekerjaan. Daryati pun bisa senyum kembali.
Rotan Cirebon, Banyak di Ekspor Ke Eropa
Furnitur berbahan rotan masih mendominasi produksi ekspor Cirebon. Dari keseluruhan produk ekspor, 70 persennya merupakan berbahan rotan.
“70 persennya merupakan berbahan rotan. Sedangkan 30 persen lainnya adalah industri hasil laut, pertanian, pengolahan, dan tekstil,” kata Kepala Disperdagin Kabupaten Cirebon, Dadang Raiman.
Menurut Dadang, dibandingkan dengan Jakarta, Bogor, Depok, dan Tangerang (Jabodetabek), Kabupaten Cirebon mampu memproduksi produk yang sesuai dengan kondisi sumber daya alam (SDA).
Baca Juga:Terapkan Sistem Demokrasi 4 Pasangan Calon Tarung di Pemilihan OSISAnggaran Pilkada, Tembus Diangka Rp80 Miliar
“Daerah lain masih mengandalkan produk manufaktur dan pabrikan sedangkan kita, hasil dari pelaku UMKM, contohnya rotan,” katanya.
Dadang menjelaskan berdasarkan data, ekspor rotan dari Kabupaten Cirebon sempat mengalami keterpurukan. Tepatnya saat pandemi Covid-19. Penyebabnya, sebagian negara tujuan di Eropa, Asia pasifik, dan Amerika memberlakukan kebijakan lockdown akibat wabah Covid-19.
Dampaknya pun sangat dirasakan, sempat terjadi kemandekan. Para pengrajin rotan sepi orderan. Pelaku industri rotan pun tak memberikan pekerjaan.