CIREBON, RAKCER.ID – Kali ini kami akan meriview film Air Mata di Ujung Sajadah dengan alur yang dapat membuat haru para penonton.
Film Air Mata di Ujung Sajadah ini telah rilis pada tanggal 7 september 2023 kemarin, dengan jumblah penonton yang lumayan banyak, kurang lebih mencapai 2 juta penonton.
Air Mata di Ujung Sajadah merupakan salah satu film Indonesia yang mengungsung tema drama kluarga.
Baca Juga:Google Pixel 8 dan Pixel 8 Pro Resmi Meluncur dengan Membawa Fitur Digital Zoom 30X!Misteri Hilangnya 10 Hari pada Tahun 1582 Oktober : Ternyata Ini Alasannya!
Film yang digarap oleh Key Mangunsong ini mengisahkan seorang ibu yang menginginkan anaknya kembali setelah dirawat oelh orang tua angkatnya.
Film ini dibintangi Titi Kamal, Fedi Nuril, dan Citra Kirana Sebagai pemeran utama. Aktor cilik Faqih Alaydrus juga bergabung sebagai pemeran baskara, anak yang diperjuangkan ibu kandungnya.
Riview Film Air Mata di Ujung Sajadah
Ketertarikan ini lama-lama terpuaskan ketika film dimulai dengan alur cerita cinta yang berakhir dengan tragedi, yang menjadi pengantar cerita.
Sejak saat itu, sang tokoh utama, Aqilla (Titi Kamal), harus menanggung kesedihan yang tak berkesudahan.
Film ini kemudian bertransisi menjadi drama keluarga dengan ide sederhana namun presentasi yang kuat.
Kisah perjuangan Aqilla untuk mendapatkan kembali anaknya dari Arif (Fedi Nuril) dan Yumna (Citra Kirana) dijalin sedemikian rupa sehingga terasa simpatik. Hal ini bisa dirasakan saat menciptakan cerita yang penuh drama dan langsung menggugah emosi.
Cerita bermula dari balada tentang Aqilla yang berkeinginan tinggal bersama anak kandungnya setelah terpisah sejak lahir, lalu beralih ke sudut pandang Arif dan Yumna yang selama ini merawatnya tanpa pamrih seperti anak kandungnya sendiri. .
Baca Juga:Vivo X30 Pro 5G Didukung dengan Chipset Exynos 980 Serta Dibekali Kamera Depan 32MPVivo V30 Pro Dibekali dengan Kamera 64MP Serta Didukung Oleh Chipset Qualcomm Snapdragon 720G, Segini Harga Jualnya!
Representasi konflik batin ketiga tokoh besar tersebut dipadukan dalam sebuah plot drama sehingga menimbulkan dilema bagi penontonnya.
Titien Wattimena, sang penulis skenario, juga memasukkan komponen-komponen yang menguras air mata sehingga menimbulkan air mata.
Air mata penonton serasa diperas menyaksikan penderitaan masing-masing karakter saat menghadapi kegelisahan yang berbeda-beda. Belum lagi chemistry antara kedua ‘ibu’ dan anak yang mereka perjuangkan, Baskara (Faqih Alaydrus).
Scenario Air Mata di Ujung Sajadah ditulis dengan elegan dan matang. Ide plot yang familiar tidak membuat film ini tidak menarik atau komersial.