Wilayah-wilayah ini menimbulkan tantangan unik bagi para ahli botani dan peneliti karena konflik, medan yang berat, dan keterbatasan dana.
Laporan baru Royal Botanic Gardens, berjudul “Keadaan Tumbuhan dan Jamur Dunia,” mengumpulkan data dari lebih dari 200 ilmuwan di 30 negara di seluruh dunia. Daftar Periksa Tumbuhan Pembuluh Dunia (World Checklist of Vascular Plants), yang berisi informasi tentang lebih dari 350.000 nama tumbuhan yang diketahui, dibuat untuk menjadi catatan paling komprehensif mengenai spesies tumbuhan yang diketahui.
Rafeal Govaerts, yang menghabiskan 35 tahun menyusun daftar ini, bertujuan untuk memenuhi impian Charles Darwin untuk mengkatalogkan setiap spesies tumbuhan di Bumi. Namun, hal ini memerlukan pembaruan berkelanjutan karena rata-rata terdapat 2.500 spesies baru yang dideskripsikan setiap tahunnya. Khususnya, angka ini tidak termasuk jamur, salah satu komponen alam yang paling sedikit dipahami.
Baca Juga:Rupiah Hadapi Potensi Pelemahan Terhadap Dolar AS di Tengah Kekhawatiran InflasiPresiden Jokowi Soroti Harga dan Kualitas Beras yang Menguntungkan Saat Festival Panen Raya
Ahli mikologi (peneliti jamur) memperkirakan terdapat sekitar 2,5 juta spesies, dan hanya 155.000 yang terdaftar secara resmi. Mendeskripsikan semua spesies jamur secara ilmiah akan memakan waktu 750 hingga 1.000 tahun jika dibandingkan dengan kecepatan saat ini, namun para peneliti percaya bahwa pengurutan DNA dan analisis data molekuler dapat membantu mempercepat proses tersebut.
Di tengah pandemi COVID-19, para ilmuwan telah mendeskripsikan lebih dari 10.200 spesies jamur baru dan lebih dari 8.600 spesies tanaman baru, memanfaatkan lockdown yang memberikan lebih banyak waktu untuk mengkategorikan spesimen yang sebelumnya ditemukan tetapi belum diklasifikasikan.
Alexandre Antonelli, seorang profesor dan direktur sains di Kew, berharap penelitian ini akan mendorong para pengambil kebijakan untuk memasukkan tumbuhan dan jamur ketika memilih kawasan yang akan dilindungi sejalan dengan tujuan internasional untuk melestarikan 30% planet bumi pada tahun 2030.
Upaya ini tidak hanya harus dilakukan fokus pada spesies hewan tetapi juga pada perlindungan tanaman dan jamur. Antonelli menekankan bahwa tumbuhan dan jamur merupakan fondasi seluruh ekosistem yang penting bagi kehidupan manusia.
Hilangnya spesies tanaman bukan hanya masalah lingkungan namun juga potensi krisis kesehatan global, dengan risiko hilangnya separuh obat-obatan yang kita konsumsi. Kebutuhan mendesak untuk melindungi dan mempelajari spesies-spesies ini harus mendorong perubahan kebijakan yang komprehensif dan tindakan global untuk mengatasi tantangan keanekaragaman hayati dan medis yang akan datang.