“Sungguh mengejutkan mengetahui bahwa hampir 3.450 anak-anak kehilangan nyawa mereka. Mengejutkan mengetahui bahwa jumlah ini meningkat setiap hari. Gaza telah berubah menjadi rumah bagi ribuan anak,” lanjutnya, mengutip data dari Unicef.org.
Ia melanjutkan, trauma psikologis dan kekurangan air bersih merupakan ancaman terhadap kehidupan anak-anak seperti halnya bom dan mortir.
“Krisis udara di Gaza juga berdampak pada lebih dari satu juta anak. Kemampuan produksi udara Gaza hanya 5% dari rata-rata produksi hariannya. Kematian anak-anak, terutama bayi, akibat dehidrasi merupakan ancaman yang semakin besar,” kata Elder.
Baca Juga:Sinopsis Drama Korea ‘Tell Me You Love Me’ yang Dibintangi Shin Hyun Been dan Jung Woo SungSinopsis Film ‘Budi Pekerti’, Film yang Angkat Kisah Cyber Bullying hingga Masuk 17 Nominasi FFI 2023
Ia mengklaim ancaman terhadap anak tidak serta merta berakhir ketika konflik Israel-Hamas berakhir.
Dampak psikologis akan ditanggung oleh generasi mendatang.
Juru bicara organisasi anak-anak yang didukung PBB menyatakan, “Lebih dari 800.000 anak di Gaza telah diidentifikasi membutuhkan dukungan kesehatan mental dan psikologis. Itu terjadi sebelum bencana baru ini.”
Ia kemudian bercerita tentang anak rekannya di Gaza yang baru berusia 4 tahun namun sudah menunjukkan gejala stres dan ketakutan yang parah, dimana anak berusia 4 tahun tersebut sering menjambak rambutnya dan menggaruk pahanya hingga berdarah.
Ketika sang ibu diminta untuk mengatasi gejala stres yang dialami anaknya, sang ibu hanya berkata, “Saya tidak punya hak istimewa untuk memikirkan kesehatan mental anak saya, saya pikir anak saya bisa bertahan.”
Menyikapi hal tersebut, UNICEF melalui juru bicaranya, James Elder, segera menyegel gencatan senjata kemanusiaan, di mana seluruh penyeberangan menuju Gaza harus dibuka untuk akses bantuan kemanusiaan.
UNICEF telah bersikukuh mengenai perlunya gencatan senjata sejak awal konflik pada tanggal 7 Oktober sebelum komunitas internasional memberikan tekanan pada Israel untuk melakukan gencatan senjata, namun akhirnya ditolak oleh PM Netanyahu.
Seperti diketahui, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak gencatan senjata pada Senin 30 Oktober.
Baca Juga:Beri Dukungan untuk Tentara Israel, McDonald’s Terancam Diboikot2 Tentara Israel Dinyatakan Tewas dalam Serangan Darat di Gaza
Ia menilai gencatan senjata tersebut merupakan indikasi bahwa Hamas telah dikalahkan.
Menyerah pada terorisme, menyerah pada Hamas, menyerah pada kekejaman. Dalam konferensi pers, Netanyahu menyatakan, seperti dikutip euronews.com, “Itu tidak akan terjadi.”
Akan ada lebih banyak lagi kematian warga sipil akibat tindakan Israel, termasuk perempuan dan anak-anak.