CIREBON, RAKCER.ID– Film arahan Wregas Bhanuteja, Budi Pekerti, masuk nominasi 17 penghargaan Piala Citra Festival Film Indonesia (FFI) 2023.
Film Budi Pekerti dinyatakan sebagai peraih penghargaan terbanyak tahun ini oleh panitia saat mengungkap daftar nominasi FFI 2023.
Tak tanggung-tanggung mendapat 17 nominasi di FFI 2023 dan dijadwalkan tayang pada November mendatang.
Baca Juga:Beri Dukungan untuk Tentara Israel, McDonald’s Terancam Diboikot2 Tentara Israel Dinyatakan Tewas dalam Serangan Darat di Gaza
Diantaranya adalah sebagai berikut: Sutradara Terbaik, Penulis Skenario Terbaik, Sutradara Sinematografi Terbaik, Sutradara Artistik Terbaik, dan Film Cerita Panjang Terbaik.
Selanjutnya, nominasi lima aktor utama diumumkan. Sha Ine Febriyanti dan Angga Yunanda masuk nominasi Pemeran Utama Terbaik, sedangkan Prilly Latuconsina dan Dwi Sasono masuk nominasi Pemeran Pendukung Terbaik.
Pemeran utama film tersebut, Omara Esteghlal, juga menerima nominasi Aktor Pendukung Pria Terbaik.
Kemudian, pada kesempatan terhormat ini, segmen fashion dan musik dari film Budi Pekerti juga mendapat sorotan.
Sinopsis film Budi Pekerti
Yogyakarta di era pandemi menjadi latar film ini. Penuturan Budi Pekerti berpusat pada Ibu Prasni (Sha Ine Febriyanti), seorang guru BK yang terlibat perkelahian dengan seorang pelanggan di pasar.
Sayangnya, seseorang mengabadikan peristiwa ini dengan kamera dan mempostingnya ke media sosial.
Umpan balik negatif juga ditujukan terhadap video tersebut karena adanya persepsi bahwa sikap Bu Prani tidak sejalan dengan seorang guru.
Baca Juga:Israel Bombardir Perumahan Kamp Jabalia, Ratusan Warga Sipil Gaza Tewas SeketikaTayang Bulan Depan, Ini Sinopsis Sweet Home Season 2
Ketika video tersebut menjadi viral, orang-orang di internet mulai mengkritik keluarga Ny. Prani selain fakta bahwa dia dilecehkan.
Seluruh keluarga Rani mengalami ketidaknyamanan dan ketidaknyamanan yang luar biasa akibat diawasi dan diolok-olok.
Gara-gara isu tersebut, Bu Prani bahkan terancam dikeluarkan dari sekolah.
Budi Pekerti mengangkat isu cyberbullying setelah melihat pemberitaan tentang kejadian yang melibatkan guru Indonesia dan menjadi populer di media sosial.
Dalam kapasitasnya sebagai direktur, Wregas berharap untuk menyelidiki bagaimana media sosial dapat mempengaruhi cara pandang masyarakat terhadap seseorang, terutama jika mereka bekerja di industri tertentu.
Dikenal karena berbagai prestasinya, Wregas Bhanuteja adalah sutradara dan penulis skenario Indonesia.
Beberapa prestasinya antara lain meraih Iqbal Rais Award untuk Penyutradaraan Film Panjang Pertama (2023) untuk film Penalilin Cahaya, Penghargaan Citra untuk Penulis Skenario Asli Terbaik (2021) untuk film yang sama, dan Penghargaan Citra untuk Sutradara Terbaik (2021) untuk film yang sama.