CIREBON, RAKCER.ID – Kenaikan harga beras di Indonesia dan beberapa negara lain telah menjadi perhatian utama dalam beberapa bulan terakhir. Untuk itu dalam artikel kali ini kami akan membahas informasi secara lengkap mengenai dampak El Nino dan kebijakan impor beras Indonesia berikut kondisi terkini dan solusinya.
Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap situasi ini adalah dampak dari El Nino yang mempengaruhi produksi beras di beberapa negara, termasuk India, Bangladesh, dan Rusia. Selain itu, kebijakan impor beras juga memainkan peran penting dalam mengatasi ketidakpastian pasokan. Artikel ini akan mengulas dampak dari kondisi ini dan mencari solusi yang mungkin untuk menghadapinya.
Berikut Dampak Dari Fenomena El Nino Dalam Kebijakan Impor Beras Indonesia:
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti, mengungkapkan bahwa pembatasan ekspor beras dari India telah mempengaruhi impor beras ke Indonesia. Namun, kontribusi impor beras dari India hanya sekitar 0,39 persen dari total impor beras Indonesia.
Baca Juga:AI Generatif dan Transformasi Digital: Masa Depan Hiburan dan Media di IndonesiaGibran Rakabuming Raka: Kartu Truf Prabowo Subianto untuk Menarik Suara Pemilih Muda di Pilpres 2024
Larangan ekspor beras dari Bangladesh dan Rusia, meskipun ada, tidak berdampak langsung pada Indonesia karena kedua negara tersebut bukan sumber utama impor beras untuk Indonesia. Akibat dari pembatasan impor beras dari beberapa negara ini adalah pergeseran impor beras Indonesia ke negara lain, terutama Vietnam dan Thailand.
Menurut data dari BPS, impor beras terbesar ke Indonesia selama Januari hingga September 2023 berasal dari Thailand senilai 456,58 juta dolar AS dan Vietnam senilai 456,43 juta dolar AS. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia telah berhasil menemukan alternatif pasokan beras untuk mengatasi keterbatasan pasokan dari negara-negara yang memberlakukan pembatasan.
Namun, dampak dari El Nino pada produksi beras domestik juga patut diperhatikan. BPS mencatat bahwa terdapat penurunan luas panen padi secara nasional pada bulan September 2023 dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Penurunan luas panen sekitar 0,44 persen atau sekitar 3.698 hektare. Beberapa provinsi yang paling terdampak adalah Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, dan Nusa Tenggara Timur, yang mengalami penurunan luas panen yang signifikan.