RAKCER.ID – Pasien Kusta atas nama Wahyu Hermawan (49) sempat ditangani mantan petugas Puskesmas Sanitarian, yang disebut Wahyu sebagai pak Mantri. Kiprahnya saat ini sebagai ahli yang konsisten mengkonsumsi Raw Food atau makan mentah sejak November 2002 silam. Nama lengkapnya Muhammad Subeno, 62 tahun.
Begitu pula dengan Wahyu, sempat menjalani diet raw food atas anjuran Mbah Beno. Saat ini karena telah pensiun tiga tahun lalu dari tugasnya di Puskesmas, nama akrabnya telah diubah oleh para pengikut Raw Food dengan sebutan Mbah Beno. Bahkan, pengikutnya lebih dari lima ribu orang dari berbagai daerah, termasuk pulau Sulawesi dan Kalimantan.
Saat berbincang tentang kondisi Wahyu Hermawan, Mbah Beno membenarkan telah ikut andil dalam pemantauan kesembuhan pasien Kusta atas nama Wahyu Hermawan.
Baca Juga:Semakin Banyak Kasus, Dinkes Majalengka Berikan Perawatan Gratis untuk Pasien KustaRelawan Pantura Prabowo-Yusril untuk Indonesia Raya Terbentuk
“Waktu itu tahun 2014. Saya datang ke rumahnya, kondisi Wahyu tak bisa berjalan dengan cara berdiri. Dia merayap, ngesot dan ada darah dari bekas cara bergeraknya itu,” ujar Beno, akhir Oktober 2023.
Beno menambahkan, di samping mengkonsumsi obat-obatan dari Puskesmas atau dokter, Wahyu disarankan mengonsumsi makanan dalam bentuk mentah. Beno memaparkan konsumsi mentahan yang disarankan yakni beras, pisang, pepaya, ubi dan semua makanan yang mudah dan murah serta mudah didapatkan.
“Pengalaman saya pribadi selama 21 tahun konsumsi mentahan, raw food bahasa kerennya, itu mampu Menangkal sekaligus mengembalikan sel-sel yang rusak,” ujarnya.
Hasilnya, menurut Mbah Beno, setelah pantauan langsung dan Wahyu rutin mengonsumsi diet mentahan, selama 35 hari itu Wahyu telah kembali bisa berdiri dan berjalan normal seperti layaknya orang sehat pada umumnya.
“Bahkan, ibunya menceritakan kepada saya (waktu itu ibunya masih ada) mang Wahyu telah bisa berlari dan memanjat pohon. Serta jejak darahnya hilang total,” ungkapnya.
Kondisi ini tentu saja membuat tetangga dan keluarga Wahyu senang. Terutama, tidak lagi terlalu takut bila melihat Wahyu atau ada yang bertamu ke rumahnya. Tak ada lagi jejak darah ketika Wahyu bergerak untuk sekedar menyapa tamu yang menjenguknya.
“Bagi saya, ini pendapat pribadi ya, penyakit Kusta itu tidak menular. Tadi Anda lihat sendiri, saya berani menyentuh tangannya dan mengusap-ngusap tangan mang Wahyu, bahkan di bagian tangannya. Tapi itu argumen dan pendapat serta keyakinan saya, yang lain mungkin tak setuju. Kusta bisa menular, tapi tidak mudah menular,” tegasnya.