CIREBON, RAKCER.ID – Meta adalah perusahaan yang sebelumnya dikenal sebagai Facebook, adalah salah satu perusahaan teknologi terbesar dan terkuat di dunia. Meta memiliki produk-produk seperti Facebook, Messenger, Instagram, WhatsApp, dan Oculus, yang digunakan oleh hampir 4 miliar orang setiap bulannya.
Meta juga mengendalikan infrastruktur penting dari sistem informasi dan komunikasi kita, serta akses ke ruang publik dan ekonomi digital. Meta memiliki sumber daya data, komputasi, dan kecerdasan buatan (AI) yang sangat besar, yang memungkinkan Meta untuk menciptakan dan mempengaruhi pengalaman realitas virtual (VR) dan realitas campuran (MR) bagi penggunanya.
Mark Zuckerberg, pendiri dan CEO Meta, memiliki visi untuk menciptakan “metaverse”, yaitu sebuah dunia digital yang terhubung dengan dunia nyata, di mana orang-orang dapat berinteraksi, bermain, belajar, bekerja, dan berbagi dalam berbagai cara.
Baca Juga:Menakutkan! Mark Zuckerberg Ingin Buat AI setara Manusia, Para Ahli KhawatirZuckerberg Takut Kiamat? Lihat Isi Bunker Mewah Rp 4,2 Triliun di Hawaii
Zuckerberg percaya bahwa metaverse adalah masa depan kemanusiaan, dan bahwa Meta adalah perusahaan yang paling cocok untuk membangun dan mengelola metaverse tersebut.
Namun, visi Zuckerberg dan Meta tidak seharusnya menjadi penentu era baru kemanusiaan. Ada banyak alasan mengapa Meta dan Zuckerberg tidak boleh membentuk metaverse sesuai dengan keinginan dan kepentingan mereka sendiri, tanpa mempertimbangkan dampak dan konsekuensi bagi masyarakat, demokrasi, hak asasi manusia, dan lingkungan.
Berikut adalah beberapa alasan tersebut:
Meta telah menyebabkan banyak kerusakan dan bahaya bagi kesehatan, keamanan, dan kesejahteraan manusia
Meta, melalui produk-produknya, telah terlibat dalam berbagai skandal dan kontroversi yang menunjukkan bahwa Meta tidak peduli dengan kesehatan, keamanan, dan kesejahteraan penggunanya. Beberapa contoh dari skandal dan kontroversi tersebut adalah:
Meta telah terbukti mengeksploitasi data pribadi penggunanya untuk tujuan komersial dan politik, tanpa persetujuan atau transparansi yang memadai. Skandal Cambridge Analytica adalah salah satu contoh paling terkenal,
Di mana Meta membiarkan perusahaan analitik data tersebut mengumpulkan dan menggunakan data dari jutaan pengguna Facebook untuk mempengaruhi pemilihan presiden AS tahun 2016 dan referendum Brexit tahun 2016.
Meta telah terbukti menyebarluaskan informasi palsu, propaganda, dan ujaran kebencian, yang berkontribusi pada penurunan kualitas informasi dan diskursus publik, serta meningkatkan polarisasi, radikalisasi, dan kekerasan.