Menurut laporan Kompas (14 Mei 1998), Jakarta dan sekitarnya mengalami kerusuhan, penjarahan, dan pembakaran rumah-rumah, gedung-gedung komersial, dan sejumlah kendaraan. Aksi-aksi ini dilakukan oleh massa yang terprovokasi, yang secara khusus menargetkan properti dan kendaraan yang dimiliki oleh orang Tionghoa.
Dalam bukunya “Anti-Chinese Violence in Indonesia 1996-1999” (2013), Jemma Purdey menjelaskan bahwa munculnya sentimen rasial terhadap komunitas Tionghoa disebabkan oleh stereotip bahwa mereka pantas dibenci. Hal ini dikarenakan mereka dianggap kaya dan dekat dengan penguasa, Soeharto. Salah satu tokoh yang terkait dengan gambaran ini adalah Sudono Salim.
Menurut Ricklefs, target utama pembakaran dan penjarahan adalah perusahaan-perusahaan yang dimiliki oleh para konglomerat dan keluarga Soeharto. Target utama serangan tersebut adalah Bank Central Asia, yang dimiliki oleh Liem Sioe Liong. Pernyataan ini dikutip pada hari Kamis (1/6/2023).
Baca Juga:Mengungkap 5 Rahasia Sukses Orang China dalam Berbisnis yang Dapat Kamu Terapkan!Ide Bisnis Untuk Pensiunan di industri Kuliner yang Menguntungkan di Tahun 2024
Berdasarkan pendapat Richard Borsuk dan Nancy Chng, Sudono Salim, istrinya, dan beberapa anaknya dianggap sebagai target dari kemarahan massa. Namun, mereka berada dalam keadaan yang menguntungkan karena saat itu mereka berada di Amerika Serikat. Sudono Salim diketahui sedang melakukan operasi mata selama kunjungannya di AS.
Di Jakarta, hanya ada Anthony Salim yang bekerja di Wisma Indocement yang terletak di Jalan Sudirman. Pada masa itu, bahkan Anthony takut untuk pulang ke rumah ayahnya di daerah Roxy, Jakarta Pusat. Hal ini dikarenakan kerusuhan juga menyasar pemukiman komunitas Tionghoa. Dikhawatirkan jika Anthony tetap tinggal di rumah, ia bisa dibunuh.
Pada pagi hari tanggal 14 Mei, prediksi tersebut akhirnya terbukti benar. Anthony mendapat kabar bahwa rumah ayahnya telah dikunjungi oleh sekelompok pemuda yang terlihat mengancam, dilengkapi dengan jerigen bahan bakar dan perkakas. Mereka berkeinginan untuk masuk ke dalam rumah mewah Liem.
Anthony tidak berdaya. Dia memerintahkan petugas keamanan untuk membiarkan kerumunan orang masuk dan menghancurkan rumahnya, daripada menghentikan mereka dan menyebabkan pertumpahan darah.
Dalam sekejap, semua mobil di garasi dilalap api, begitu juga dengan seisi rumah. Mereka membakar perabotan, menghapus lukisan, dan mengobrak-abrik kamar. Mereka bahkan merusak rumah dengan kata-kata kotor, seperti yang diceritakan oleh Anthony kepada Richard Borsuk dan Nancy Chng.