CIREBON, RAKCER.ID – Misteri gunung lawu menurut masyarakat Jawa menganggap gunung ini sebagai pusat kebudayaan dan menghormatinya sebagai paku bumi Pulau Jawa.
Puncak yang sebelumnya bernama Wukirmahendra ini juga disebutkan dalam ramalan Jawa kuno Panjang Jayabaya. Hal ini menambah misteri puncak tertinggi keenam di Jawa ini.
Penduduk Gunung Lawu yang masih mengakar kuat pada tradisi dan praktik budaya Jawa, menganggap gunung tersebut menyimpan banyak rahasia.Pak Po, seorang tokoh spiritual dan anggota senior tim SAR Gunung Lawu, menekankan kemegahan magis gunung tersebut dari puncak hingga dasarnya.
Baca Juga:Resep Ayam Panggang Inasal  Na Manok Khas Filipina, Juicy Dan Empuk Bikin Ngunyah Terus!Resep Ayam Ingkung Jawa, Ayam Utuh untuk Sajian Tumpengan dan Tasyakuran
“Tak heran jika Lawu dijuluki Gunung Seribu Misteri. Karena di Lawu terkandung segalanya. Mulai dari tanaman herbal, bunga, alam, budaya, sejarah, hingga wisata religi”, kata Pak Po seperti dikutip iNews.
Pak Po menemukan salah satu rahasia Gunung Lawu: tiga puncak utamanya: Hargo Dumilah, lokasi muksa Brawijaya V, Hargo Dalem, dan Hargo Dumiling. Puncak-puncak ini sering kali menjadi lokasi terpencil untuk meditasi.
Sumur Jalatunda yang terletak di puncak Lawu ini menawarkan pengalaman magis yang unik dengan suara deburan ombak Laut Selatan.
“Selain itu, di puncak Lawu juga terdapat Sumur Jalatunda yang berupa sebuah gua, dan jika kita Berjalan didalamnya kita bisa mendengar deburan ombak Laut Selatan, walaupun langit cerah dan tidak tertutup awan, kita bisa melihat deretan pegunungan di sekitar Jawa Tengah dan Timur”. Ucapnya
Puncak Lawu juga menampilkan Sendang Panguripan dan Sendang Drajat. Sendang Panguripan dianggap sebagai sumber mata air pemberi kehidupan bagi para pendaki dan peziarah, namun Sendang Drajat diduga mempunyai air yang berkhasiat menyembuhkan, dengan izin Allah SWT.
Keberadaan Pasar Setan Dieng yang dikenal dikalangan pendaki sebagai spot bernuansa supranatural menambah nuansa mistis di sekitar lereng Lawu. Selain itu, Candi Cetho dan Candi Sukuh juga dianggap sebagai peninggalan pelarian Prabu Brawijaya V dari Majapahit ke puncak Lawu.
Makam keramat yang ada di kawasan Magadeg, seperti Astana Mangadeg, makam Mangkunegara I, pendiri Pura Mangkunegaran Surakarta, dan makam Presiden kedua Indonesia Soeharto di kawasan Giri Bangun, menjadi tambahan daya tarik mistis di lereng Lawu.