CIREBON, RAKCER.ID – Upaya Universitas Swadaya Gunung Jati (UGJ) menjadi perguruan tinggi berjejaring global terus dilakukan.
Caranya dengan membuka kerja sama antar kampus baik dari dalam maupun luar negeri.
Beberapa di antaranya sudah melaju ke program teknis. Seperti yang terpantau Rabu (6/3/2024) dengan datangnya dua mahasiswi pertukaran pelajar asal Belanda.
Baca Juga:Almond Crispy Merek Hi Bake Asal Cirebon Tawarkan Rasa dan Kualitas Premium Tapi Ramah di KantongWisuda XXVIII bagi Mahasiswa FITK IAIN Cirebon Dihadiri Menteri PAN-RB
Mereka adalah Jara Stevens dan Romy Ans Jeanne Van dari Radboud University, Belanda. Mereka bakal penelitian di Cirebon selama 3 bulan.
Kedatangan Jara dan Romy disambut langsung oleh Rektor UGJ, Prof Dr H Achmad Faqih SP MM, Dekan Fakultas Kedokteran (FK), dr Catur Setia Sulistiyana MMed Ed berserta para wakil.
Rektor UGJ, Prof Dr H Achmad Faqih SP MM menyambut baik kedatangan dua mahasiswi asal Belanda itu.
Bahkan, mereka sempat berbagi informasi mengenai program tersebut sembari senda gurau.
“Mereka akan melaksanakan kegiatan magang di UGJ selama 3 bulan. Khususnya akan mengkaji tentamg tropical deseas dan kesehan ibu dan anak,” ujar Faqih.
Faqih menambahkan, hadirnya pelajar dari luar negeri membuktikan langkah UGJ menjadi world class university berada di jalur tepat.
Untuk itu, pihaknya bakal terus menggenjot kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi lain di penjuru dunia.
Baca Juga:Ambisi Rektor IAIN Cirebon Segerakan Transformasi UIN Siber Syekh Nurjati CirebonDharma Wanita IAIN Cirebon Siap Dukung Transformasi Digital IAIN Cirebon
“Ini awal. Dari kerja sama ini dan akan tindak lanjut kedatangan mahasiswa berikutnya,” kata Faqih.
Dekan FK UGJ, dr Catur Setia Sulistiyana MEd Ed menambahkan, Jara dan Romy merupakan mahasiswi sementer akhir program profesi kedokteran dari kampusnya.
“Mereka sudah hampir jadi dokter ketika mereka kembali ke Belanda meraka akan menjadi dokter,” ujar Catur.
Namun, mereka harus memenuhi tugas akhir yakni mengkaji penyakit yang ada di negara tropis. Sebab, tidak ditemukan di negara asal mereka.
“Tropical deseas ini kasusnya sangat jarang di Belanda. Kalau di Indonesia sangat banyak. Mereka harapkan bisa mendapatkan kasus dan pasien di Indonesia,” jelasnya.
Jara Stevens cukup lancar berbahasa Indonesia. Sebab dia memang belajar bahasa dulu sebelum penelitian di Cirebon.